periskop.id - Menteri koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menegaskan salah satu yang terpenting dan terdepan dalam menjaga bangsa Indonesia adalah sektor ekonomi keuangan digital.

Menurut perhitungannya, ekonomi digital saat ini berpotensi tembus USD360 miliar atau sekitar Rp5.984 triliun di beberapa tahun ke depan. Namun, Cak Imin menyebut potensi ini beresiko hilang jika tanpa dukungan literasi dan inklusi digital yang kuat.

"Tanpa literasi keuangan digital yang cukup angka tersebut (USD360 miliar) akan sia-sia tanpa literasi keuangan digital yang kuat," tegas Cak Imin dalam Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia dan Indonesia Fintech Summit Expo,Jumat (31/10).

Cak Imin menyoroti masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap dunia digital dan keuangan. Ia menyebut, hampir 40% masyarakat Indonesia belum memiliki literasi digital yang memadai. Sementara kemampuan literasi finansial, baik dari sisi pengetahuan maupun perilaku keuangan, juga masih lemah.

Menurutnya, inovasi dan transformasi digital tidak cukup hanya dengan membangun infrastruktur. Lebih dari itu, pengembangan sumber daya manusia juga harus menjadi fokus, agar masyarakat tidak sekadar menjadi pengguna teknologi, tetapi benar-benar bisa merasakan manfaat dari ekosistem digital.

Cak Imin juga menekankan pentingnya literasi digital dan literasi keuangan, terutama bagi pelaku ekonomi kreatif dan UMKM. Dengan pemahaman yang baik, mereka dapat menguasai layanan digital secara lebih efektif dan aman.

"Ekonomi digital yang berkembang saat ini harus dinikmati oleh semua lapisan masyarakat agar memperoleh manfaat dari perkembangan digital," sambungnya.

Hingga kini, pembayaran menggunakan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) turut andil dalam daya saing UMKM dengan pembayaran yang lebih murah. Bahkan, lebih dari 50 juta gerai usaha sudah memanfaatkan QRIS dan 93,13% berasal dari UMKM.