periskop.id - Menurut Firman Hidayat, Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN), pergerakan dana masyarakat yang mengalir ke rekening judi online (judol) berpotensi menghambat laju pertumbuhan ekonomi nasional. Dana yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk konsumsi atau investasi produktif justru hilang.
“Apabila mereka (masyarakat) gunakan dana untuk konsumsi atau investasi, itu akan menciptakan multiplier effect sehingga ada tambahan ke PDB (Produk Domestik Bruto),” ujar Firman dalam sebuah diskusi di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Selasa (5/8).
Data dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menunjukkan, pada tahun 2024, dana masyarakat yang masuk ke deposit judi online mencapai Rp51,3 triliun. Jumlah yang besar ini, kata Firman, mestinya bisa dimanfaatkan untuk menggerakkan perekonomian dalam negeri.
Mayoritas dana, sekitar 70%, bahkan mengalir ke luar negeri. Ini berarti, bukan hanya dana yang tidak berputar di dalam negeri, tetapi juga potensi efek pengganda yang seharusnya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi hilang.
DEN memperkirakan, aliran dana sebesar Rp51,3 triliun tersebut telah menekan pertumbuhan ekonomi hingga 0,3%.
“Tahun lalu, kita tumbuh di sekitar 5%. Gampangnya, seharusnya kita bisa tumbuh di 5,3% (jika Rp51,3 triliun tidak masuk ke deposit judi online). Di tengah situasi global yang sangat besar, 0,3% ini sangat berharga untuk kita bisa mencapai target,” jelas Firman.
Selain dampak terhadap pertumbuhan ekonomi, negara juga kehilangan potensi penerimaan pajak. Dengan asumsi deposit judi online Rp51,3 triliun, kerugian pajak negara ditaksir mencapai Rp6,4 triliun.
Firman membandingkan kondisi di Indonesia dengan negara lain. Hong Kong, misalnya, kehilangan potensi pajak sebesar 9,4 miliar dolar Hong Kong per tahun, sementara Afrika Selatan rugi 110 juta rand.
Ia juga menyoroti kasus di Brasil. Di sana, pengeluaran rumah tangga untuk judi meningkat dua kali lipat dari 2018-2023, mencapai 19,9% dari pendapatan rumah tangga. Di waktu yang sama, pengeluaran untuk kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian, dan obat-obatan menurun.
“Suatu studi di Brasil menunjukkan ketika masyarakat (di sana) meningkatkan dua kali lipat pengeluaran untuk judi, pengeluaran untuk makanan dan obat-obatan itu berkurang cukup besar,” ungkap Firman.
Firman mengingatkan bahwa dampak ekonomi hanyalah sebagian kecil dari masalah. Dampak sosial dari judi online juga sangat besar dan masih seperti "puncak gunung es".
Oleh karena itu, diperlukan kajian mendalam dan kebijakan yang lebih tegas untuk menanggulangi persoalan ini.
Tinggalkan Komentar
Komentar