Periskop.id – Gim online yang mengandung unsur kekerasan terus menjadi perbincangan beberapa waktu belakangan, karena dinilai berpotensi membahayakan anak-anak. Menyikapi hal tersebut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pun meminta pemerintah agar memblokir beberapa gim online yang terindikasi mengandung kekerasan. 

"Sebagai pengampu kluster anak korban kekerasan psikis di KPAI, saya sangat setuju jika pemerintah memblokir beberapa gim online yang mengandung unsur kekerasan," kata Anggota KPAI pengampu kluster anak korban kekerasan fisik psikis, Diyah Puspitarini, seprti dilansie Antara di Jakarta, Jumat (8/8). 

Dia mengatakan, pada 2023, KPAI pernah bersurat kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika agar memblokir gim online yang mengandung unsur kekerasan dan judi online.

"KPAI pernah bersurat kepada Kemkominfo untuk pemblokiran gim online yang mengandung unsur kekerasan dan judi online. Salah satunya yang mengandung unsur kekerasan, Roblox, Freefire," kata Diyah Puspitarini.

Sebab, beberapa gim online tersebut mempengaruhi anak-anak untuk melakukan kekerasan. "Bahkan, ada salah satu kasus anak mengakhiri hidup, yang sebelumnya kecanduan Roblox," kata Diyah Puspitarini.

Sebelumnya, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti mengingatkan bahaya permainan Roblox dan melarang para murid untuk bermain Roblox. Pasalnya, permainan tersebut menampilkan banyak adegan kekerasan.

"Kalau main HP tidak boleh menonton kekerasan, yang di situ ada berantemnya, di situ ada kata-kata yang jelek-jelek, jangan nonton yang tidak berguna ya. Nah yang main blok-blok (Roblox) tadi itu jangan main ya, karena itu tidak baik ya," pesan Abdul Mu'ti.

Ia menilai, tingkat intelektualitas para murid jenjang pendidikan SD belum sepenuhnya mampu membedakan mana adegan nyata dan rekayasa. Sementara di sisi yang lain, lanjutnya, anak-anak pada usia SD merupakan peniru ulung yang tanpa ragu dapat menirukan berbagai tindakan yang mereka lihat saat memainkan gim daring atau menonton konten digital.

Guna menghindari hal itu, lanjutnya, anak-anak harus memiliki panduan serta literasi digital sedini mungkin sehingga meminimalisir akses terhadap informasi atau permainan yang mengandung kekerasan.

“Misalnya mohon maaf ya, kalau di game itu dibanting, itu kan tidak apa-apa orang dibanting di game. Kalau dia main dengan temennya, kemudian temennya dibanting, kan jadi masalah,” imbuhnya.

Seluruh Konten Digital
Menanggapi hal ini, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menyatakan, pemerintah membuka kemungkinan untuk memblokir permainan digital yang mengandung unsur kekerasan. Apalagi, jika terbukti berdampak negatif terhadap perilaku generasi muda.

Pernyataan Prasetyo tersebut merespons Abdul Mu'ti yang melarang murid bermain gim Roblox karena banyak mengandung adegan kekerasan.

"Kalau memang kita merasa sudah melewati batas, apa yang ditampilkan di situ mempengaruhi perilaku dari adik-adik kita, ya tidak menutup kemungkinan (diblokir). Kita mau melindungi generasi kita, enggak ragu-ragu juga kita. Kalau memang itu mengandung unsur-unsur kekerasan, ya kita tutup, enggak ada masalah," kata Prasetyo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa.

Prasetyo kemudian menekankan perhatian pemerintah tidak hanya tertuju pada satu platform tertentu, melainkan mencakup seluruh bentuk konten digital yang berpotensi membentuk perilaku menyimpang pada anak-anak dan remaja. Termasuk gim, siaran televisi, media sosial, hingga pemberitaan di media arus utama.

Menurut dia, upaya melindungi generasi muda dari konten negatif merupakan tanggung jawab bersama, baik secara moral, etik, maupun sosial. Prasetyo mencontohkan sejumlah peristiwa kekerasan yang melibatkan anak terhadap orang tuanya sebagai bentuk kekhawatiran atas pengaruh konten semacam itu.

"Kita harus betul-betul mencoba mengurangi hal-hal yang bisa menumbuhkan sesuatu yang kurang baik bagi yang menonton, terutama bagi generasi muda-generasi muda kita.," ujar Prasetyo.

Lebih lanjut dia menyebut Kementerian Komunikasi dan Digital telah melakukan evaluasi harian terhadap berbagai platform. Termasuk televisi, media sosial, dan aplikasi permainan untuk mendeteksi keberadaan unsur kekerasan, kebencian, maupun perilaku destruktif lainnya.

Dia menambahkan perlindungan terhadap generasi muda merupakan hal penting mengingat Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari ribuan pulau, suku, agama, dan bahasa.

"Bapak Presiden mengingatkan kepada kita semua untuk kita selalu mawas diri. Sehingga apapun tadi bentuknya yang bisa mempengaruhi atau memicu terjadinya saling, antara satu sama lain ini sebisa mungkin kita minimalisir," ucap dia.