periskop.id  - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada Senin, 3 November 2025, seiring optimisme membaiknya ekonomi domestik pada akhir tahun. IHSG ditutup naik 111,20 atau 1,36 persen ke posisi 8.275,08. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 12,44 poin atau 1,50 persen ke posisi 843,98.

Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, delapan sektor menguat yaitu dipimpin sektor barang sektor konsumen non primer yang menguat sebesar 2,24 persen, diikuti oleh sektor transportasi & logistik dan sektor infrastruktur yang masing-masing naik sebesar 2,05 persen dan 1,61 persen.

Sedangkan tiga sektor melemah yaitu sektor properti turun paling dalam sebesar 2,65 persen, diikuti oleh sektor barang konsumen primer dan sektor teknologi yang turun masing-masing sebesar 0,67 persen dan 0,17 persen.

Melansir Antara, saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu DWGL, TBIG, LINK, TEBE, dan KDTN. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni UANG, KOBX, KETR, ITMA, dan HOPE.

Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 2.103.179 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 23,41 miliar lembar saham senilai Rp15,89 triliun. Sebanyak 353 saham naik, 291 saham menurun, dan 169 tidak bergerak nilainya.

Bursa saham regional Asia sore ini antara lain indeks Nikkei menguat 1.085,73 poin atau 2,12 persen ke 52.411,34, indeks Hang Seng menguat 21,73 poin atau 0,55 persen ke 3.976,52, indeks Shanghai melemah 32,11 poin atau 0,81 persen ke 3.954,79, dan indeks Strait Times menguat 15,71 poin atau 0,35 persen ke 4.444,33.

“Optimisme akan membaiknya perekonomian domestik dan mengantisipasi kinerja pasar modal yang cenderung membaik pada akhir tahun, mendorong penguatan IHSG,” ulas Tim Riset Phintraco Sekuritas, Senin (3/11).

Dari dalam negeri, inflasi Indonesia periode Oktober 2025 tercatat sebesar 0,28% month to month (mtm) atau 2,86% year on year (yoy), meningkat dari sebesar 0,21% (mtm) dan 2,65 persen (yoy) pada September 2025.

Indeks PMI Manufaktur Indonesia meningkat ke level 51,2 pada Oktober 2025, dari sebelumnya di level 50,4 pada September 2025, yang merupakan kenaikan selama tiga bulan berturut-turut.

Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus USD4,34 miliar pada September 2025, atau menurun dari surplus USD5,49 miliar pada Agustus 2025.

Ekspor tumbuh 11.41% YoY di September 2025, yang merupakan pertumbuhan tertinggi sejak Februari 2025, didorong oleh pertumbuhan permintaan dari Tiongkok (+12.79%). Sedangkan ekspor ke AS juga meningkat (+9.08%).

Secara teknikal, terjadi penyempitan slope negative MACD dan berpotensi terjadi Golden Cross. Sementara Stochastic RSI melanjutkan kenaikan di area pivot. IHSG mampu bertahan di atas level MA5 dan MA20.

“Indikator A/D juga mengindikasikan terjadinya akumulasi, sehingga IHSG diperkirakan berpotensi melanjutkan kenaikan menguji level 8.300-8.350,” tulis riset tersebut.