periskop.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan melanjutkan penguatan pada perdagangan hari ini, Senin 10 November 2025. Beberapa sentimen yang menarik diperhatikan, antara lain data consumer confidence, retail sales (10/11), serta penjualan sepeda motor dan mobil.

Secara teknikal, grafik mingguan (weekly chart) IHSG mengindikasikan potensi IHSG yang masih bullish dalam jangka menengah panjang. Sedangkan di grafik harian (daily chart) menunjukkan IHSG berada di area overbought, yang berpotensi terjadi minor pullback dalam jangka pendek, namun bukan pembalikan arah.

IHSG berada di area upper band di indikator Bollinger bands yang mengindikasikan momentum bullish masih cukup kuat. Band mulai melebar yang mengindikasikan akan terjadi kenaikan volatilitas.

“Selama IHSG bertahan di atas level 8.250-8.300, diperkirakan terbuka penguatan IHSG lebih lanjut menguji level 8.400-8.450,” ulas Tim Riset Phintraco Sekuritas, Senin (10/11). Adapun saham-saham yang dapat diperhatikan pada pekan ini antara lain ARTO, WIFI, ASII, ADRO, TOBA dan BRPT.

Sebelumnya, IHSG ditutup menguat pada level tertinggi baru  8.394.59 atau naik 0.69% di perdagangan Jumat (7/11). Kenaikan indeks ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya likuiditas di pasar domestik, data cadangan devisa Oktober 2025 yang lebih baik dari bulan sebelumnya, serta penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. Rupiah ditutup menguat di level Rp16,690 per USD. Pada pekan lalu, IHSG ditutup menguat 2.83%. 

Data cadangan devisa Indonesia meningkat menjadi USD149.9 miliar di Oktober 2025 dari USD148.7 miliar (7/11). Kenaikan ini terutama disebabkan oleh penerbitan obligasi pemerintah, penerimaan pajak dan jasa, di tengah upaya BI untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah.

Level cadangan devisa ini cukup untuk membiayai 6.2 bulan impor atau 6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, jauh di atas standar kecukupan internasional yang sebesar 3 bulan impor. Sementara itu, indeks harga properti hunian di Indonesia meningkat 0.84% YoY di 3Q25, turun dari 0.9% YoY di 2Q25, serta menandakan pertumbuhan paling lambat sejak 2003.

Dari luar negeri, ketiga indeks utama di Wall Street ditutup melemah pada pekan lalu, akibat kekhawatiran akan valuasi saham sektor teknologi, terutama yang terkait dengan AI, sudah relatif mahal. Selain itu dampak government shutdown yang berkepanjangan mulai menjadi kecemasan pasar.

Partai Demokrat menawarkan rencana baru kepada Partai Republik yang akan memungkinkan bagi pemerintah AS untuk membuka kembali kegiatannya setelah penutupan yang dimulai pada 1 Oktober. Namun, Partai Republik dengan cepat menolak proposal tersebut.

Indeks  Michigan Consumer Sentiment AS turun ke level 50.3 di November dari 53.6 di Oktober (7/11), karena meningkatnya kekhawatiran masyarakat AS akan dampak shutdown terhadap ekonomi. Harga emas spot kembali menguat di atas level USD4,000 per troy oz (7/11) karena pelemahan Dolar AS serta shutdown yang berkepanjangan menambah ketidakpastian sehingga mendorong permintaan aset safe haven.