periskop.id - Ketika manusia pertama kali menunggangi punggung kuda dan melaju melintasi padang luas, sejarah dunia berubah selamanya. Dari stepa Eurasia hingga pegunungan Ural, hubungan antara manusia dan kuda membuka jalan bagi pertukaran budaya, perdagangan, hingga peperangan. 

Namun, pertanyaan mendasar selalu tersisa: apa yang membuat kuda akhirnya bisa ditunggangi?

Melansir Nautilus, jejak arkeologis menunjukkan bukti paling awal penggunaan kuda sekitar 4.000 tahun lalu di wilayah Ural, Rusia, ketika ditemukan sisa-sisa kendali dan kereta. Meski begitu, sebagian peneliti meyakini bahwa manusia sudah mulai memanfaatkan kuda untuk transportasi sejak 6.000 tahun lalu di padang rumput dekat Laut Hitam. 

Apa pun titik awalnya, jelas bahwa kuda mempercepat laju peradaban.

Baru-baru ini, tim peneliti dari Prancis, Tiongkok, dan Swiss menemukan jawaban genetik atas misteri ini. Mereka meneliti DNA kuda purba dari berbagai situs arkeologi dan menemukan ratusan penanda genetik yang berubah seiring domestikasi. 

Dari ratusan itu, dua gen menonjol: GSDMC dan ZFPM1. Keduanya berperan besar dalam membentuk tubuh dan perilaku kuda sehingga lebih mudah dijinakkan.

Gen GSDMC berkaitan dengan anatomi tulang belakang, koordinasi motorik, dan kekuatan. Sementara ZFPM1 berhubungan dengan kecemasan dan kemampuan belajar. Kombinasi keduanya membuat kuda lebih stabil, lebih mudah dilatih, dan cukup kuat untuk membawa manusia. 

Perubahan kecil dalam DNA ini ternyata menjadi pemicu revolusi besar dalam sejarah manusia.

Perubahan Genetik Mendorong Kuda jadi Hewan Tunggangan

Xuexue Liu, peneliti utama dari Centre for Anthropobiology and Genomics of Toulouse, menyebut bahwa perubahan genetik ini memungkinkan kuda menjadi hewan tunggangan yang cepat dan tangguh. 

Dampaknya, transportasi, peperangan, dan pertukaran budaya berkembang jauh lebih pesat. Dengan kata lain, evolusi kuda dan perkembangan sosial manusia berjalan beriringan, saling memperkuat.

William Taylor, arkeozoolog dari University of Colorado Boulder, menambahkan bahwa para penggembala awal tidak terlalu peduli pada warna bulu atau tinggi kuda. Fokus mereka sederhana: perilaku dan kemampuan kuda untuk menarik kereta atau membawa beban. Baru jauh kemudian, manusia mulai memilih kuda berdasarkan estetika atau performa khusus.

Temuan ini juga mengubah cara kita memahami domestikasi. 

Pada awalnya, kuda bukanlah sahabat atau simbol status, melainkan teknologi hidup yang memungkinkan manusia bergerak lebih cepat dari sebelumnya. Transportasi berbasis kuda, terutama kereta perang, menjadi fondasi bagi ekspansi budaya dan militer di berbagai peradaban.

Laurent Frantz dari Oxford University menekankan para penunggang pertama bukan hanya peternak biasa, melainkan inovator yang memiliki visi dan keberanian untuk bereksperimen dengan hewan liar. Dari situlah lahir revolusi mobilitas yang menghubungkan dunia.

Kini, ketika kita melihat kuda sebagai simbol keanggunan atau olahraga, kita mungkin sudah lupa bahwa ribuan tahun lalu mereka adalah mesin transportasi yang mengubah wajah bumi. Dari jalur perdagangan kuno hingga medan perang, kuda menjadi penghubung antarbangsa, mempercepat arus ide, bahasa, dan teknologi.

Sejarah kuda adalah cermin sejarah manusia. Perubahan kecil dalam genetik mereka bukan hanya soal biologi, melainkan juga tentang bagaimana spesies lain ikut menentukan arah peradaban.