Periskop.id - Perjalanan pelatih Timnas Indonesia itu panjang dan kadang penuh drama. Dari masa Hindia Belanda sampai era modern, tiap pelatih datang dengan gaya dan kisahnya sendiri. Ada yang sukses, ada juga yang nasibnya kurang beruntung.
Mulai dari Johannes Mastenbroek yang membawa Hindia Belanda ke Piala Dunia 1938, sampai Patrick Kluivert yang baru saja dilepas PSSI setelah gagal ke Piala Dunia 2026. Semuanya meninggalkan catatan penting dalam perjalanan Garuda.
Dari Hindia Belanda ke Indonesia Merdeka
Sebelum Indonesia berdiri, sepak bola sudah hidup lewat nama Hindia Belanda. Waktu itu, pelatih Johannes Mastenbroek sukses bikin sejarah dengan membawa tim Asia pertama tampil di Piala Dunia 1938 di Prancis.
Setelah perang dunia dan Indonesia merdeka, sepak bola nasional sempat jalan di tempat. Baru sekitar 1951, Timnas aktif lagi dan mulai sering gonta-ganti pelatih, wajar, karena arah pembinaan juga masih dicari.
Era 1950 hingga 1990-an
Era 1950 sampai 1990-an bisa dibilang masa pencarian identitas. Beberapa nama asing dan lokal datang silih berganti, mencoba nemuin racikan pas buat karakter pemain Indonesia.
Salah satunya Antun Pogacnik, pelatih asal Yugoslavia yang memimpin Timnas antara 1954–1963. Di bawahnya, Indonesia sukses bawa pulang medali perunggu Asian Games 1958 di Tokyo, pencapaian yang masih dibanggakan sampai sekarang.
Lalu ada Endang Witarsa, pelatih lokal yang terkenal disiplin. Ia berhasil mengantar Indonesia juara Piala Raja Thailand 1968 dan Pesta Sukan 1972.
Menjelang akhir 1980-an, giliran Bertje Matulapelwa bikin gebrakan dengan medali emas SEA Games 1987. Setelah itu, Anatoly Polosin dari Uni Soviet melanjutkan dengan emas lagi di SEA Games 1991. Dua momen itu bikin Indonesia benar-benar disegani di Asia Tenggara waktu itu.
Era Modern, dari Benny Dolo sampai Shin Tae-yong
Masuk tahun 2000-an, nama-nama besar mulai bermunculan. Benny Dolo, Alfred Riedl, Luis Milla. Semuanya punya gaya sendiri.
Alfred Riedl dikenal dengan pendekatan modernnya. Ia dua kali bawa Indonesia ke final Piala AFF (2010 dan 2016). Meski gagal juara, semangat dan optimismenya sempat bikin publik kembali percaya pada Garuda.
Luis Milla datang membawa sentuhan Spanyol. Ia memperkenalkan gaya main cepat dan rapi, serta memberi kesempatan besar untuk pemain muda seperti Evan Dimas dan Egy Maulana.
Setelahnya, Shin Tae-yong muncul membawa era baru. Pelatih asal Korea Selatan itu sukses mengantar Indonesia ke Piala Asia 2023 dan menembus babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, prestasi yang belum pernah diraih sejak lama.
Patrick Kluivert, Harapan Besar dengan Akhir yang Cepat
Awal 2025, PSSI resmi menunjuk Patrick Kluivert sebagai pelatih Timnas menggantikan Shin Tae-yong. Nama besar eks Barcelona itu bikin publik langsung berekspektasi tinggi.
Sayangnya, hasil di lapangan nggak seindah harapan. Dalam delapan laga resmi, Kluivert cuma mencatat tiga kemenangan, satu imbang, dan empat kekalahan. Kekalahan dari Arab Saudi dan Irak di Kualifikasi Piala Dunia jadi titik balik yang pahit.
Akhirnya, pada 16 Oktober 2025, PSSI memutus kontrak Kluivert dan seluruh stafnya.
“Langkah ini diambil sebagai bagian dari evaluasi menyeluruh terhadap program pembinaan dan pengembangan sepak bola nasional.” demikian dilansir laman PSSI.
Walau begitu, federasi tetap menghargai kontribusinya selama menangani Timnas.
Catatan Emas dari Masa ke Masa
Beberapa pelatih tetap abadi dalam ingatan fans Garuda:
Pelatih | Periode | Asal | Prestasi Utama |
---|---|---|---|
Johannes Mastenbroek | 1934–1938 | Belanda | Bawa Hindia Belanda ke Piala Dunia 1938 |
Antun Pogacnik | 1954–1963 | Yugoslavia | Perunggu Asian Games 1958 |
Endang Witarsa | 1970–1973, 1981 | Indonesia | Juara Piala Raja Thailand 1968, Pesta Sukan 1972 |
Bertje Matulapelwa | 1986–1988 | Indonesia | Emas SEA Games 1987 |
Anatoly Polosin | 1990–1994 | Uni Soviet | Emas SEA Games 1991 |
Alfred Riedl | 2010–2011, 2013–2016 | Austria | Finalis Piala AFF 2010 & 2016 |
Luis Milla | 2017–2018 | Spanyol | Bangun generasi muda, semifinal SEA Games 2017 |
Shin Tae-yong | 2019–2024 | Korea Selatan | Piala Asia 2023, Kualifikasi Piala Dunia 2026 |
Patrick Kluivert | 2025 | Belanda | 3 kemenangan, 1 imbang, 4 kekalahan |
Kalau dilihat ke belakang, pola Timnas selalu sama, pelatih datang dan pergi. Dari gaya klasik Eropa Timur sampai pressing cepat ala Korea Selatan, semuanya jadi bagian dari proses panjang pembentukan karakter sepak bola Indonesia.
Tinggalkan Komentar
Komentar