periskop.id - Indonesia kembali menegaskan komitmennya terhadap penerbangan berkelanjutan dengan mendorong penggunaan bahan bakar penerbangan berkelanjutan atau sustainable aviation fuel (SAF).
Pernyataan ini disampaikan Duta Besar Indonesia untuk Kanada sekaligus Perwakilan Tetap di International Civil Aviation Organization (ICAO), Muhsin Syihab, saat menyerahkan surat kepercayaan kepada Sekretaris Jenderal ICAO, Juan Carlos Salazar, di Montreal, Kanada, Rabu (3/9).
Dengan dukungan ICAO, kata Syihab, Indonesia berpotensi menjadi pusat dan pemasok utama SAF di kawasan Asia-Pasifik bahkan di tingkat global.
“Kami siap bekerja sama dengan Dewan ICAO, Sekretariat, dan negara-negara anggota untuk memajukan penerbangan berkelanjutan,” ujarnya dalam keterangan tertulis melansir Antara, Kamis (4/9).
Syihab mengungkapkan, pada Agustus lalu, Pertamina telah mengirimkan pengapalan perdana SAF yang diproduksi dari minyak jelantah. Perusahaan pelat merah itu menargetkan pengiriman hingga 1,7 juta liter SAF ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Salazar menyambut positif langkah Indonesia. Ia menilai, pertumbuhan perjalanan udara global dalam 20 tahun mendatang akan membuat target pengurangan emisi karbon di sektor penerbangan semakin sulit dicapai.
“ICAO menargetkan nol emisi karbon bersih di sektor penerbangan pada 2050, dan upaya Indonesia mengembangkan SAF adalah kontribusi penting menuju tujuan tersebut,” katanya.
Menurut Salazar, peningkatan produksi SAF akan menempatkan Indonesia sebagai pemain kunci dalam upaya dekarbonisasi penerbangan. Ia juga menyebut Indonesia sebagai mitra berharga dalam mendorong tujuan keberlanjutan ICAO secara lebih luas.
Dalam pertemuan tersebut, Syihab dan Salazar turut membahas teknologi penerbangan, pengembangan tenaga kerja, serta persiapan menuju Sidang Majelis ICAO ke-42 yang akan digelar akhir bulan ini.
Sementara itu, dalam pertemuan terpisah, Presiden Dewan ICAO Salvatore Schiachtano memuji inisiatif Indonesia mengembangkan SAF secara mandiri.
“Langkah ini memberikan kontribusi nyata terhadap perlindungan lingkungan global di bawah kerangka kerja penerbangan internasional,” ujarnya.
Tinggalkan Komentar
Komentar