Periskop.id - Sekelompok peneliti di Max Planck Institute for Psycholinguistics baru-baru ini melakukan studi unik untuk mengetahui apakah orang tuna netra menggunakan gerakan tangan atau gestur saat berbicara seperti halnya orang berpenglihatan. Penelitian ini juga bertujuan memahami bagaimana pengalaman perseptual (pengalaman indra) mereka memengaruhi cara mereka mengekspresikan berbagai jenis konsep.

Hasil temuan ini, yang berjudul “Gestural and Verbal Evidence of Conceptual Representation Differences in Blind and Sighted Individuals,” telah diterbitkan di jurnal Cognitive Science pada 2025.

Dalam studi ini, peneliti meminta partisipan tuna netra dan orang berpenglihatan melakukan dua tugas utama. Mereka diberi 60 konsep kata, termasuk benda yang bisa digenggam seperti pena dan sendok, serta benda yang tidak bisa digenggam seperti jembatan dan hewan.

Partisipan ditugaskan untuk mendengarkan sebuah kata, misalnya pena, dan diberi waktu enam detik untuk merepresentasikannya hanya menggunakan gerakan tangan atau gestur. Kemudian, partisipan diminta mencantumkan ciri-ciri dari kata yang sama tersebut secara tertulis.

Peneliti menggabungkan kedua tugas ini untuk melihat apakah hanya bahasa saja yang cukup membentuk penggunaan gestur, atau apakah pengalaman visual memainkan peran penting.

Pengalaman Membentuk Ekspresi Gestur

Dilansir dari Phys, studi ini menghasilkan beberapa temuan menarik yang menjelaskan hubungan kompleks antara indra, konsep, dan ekspresi, yang meliputi:

  • Benda yang Jauh

    Partisipan tuna netra melakukan gestur lebih jarang dibanding orang berpenglihatan ketika merepresentasikan objek yang tidak bisa mereka sentuh atau alami secara langsung, seperti jembatan atau singa.
  • Benda yang Dekat

    Untuk benda yang bisa digenggam, misalnya pena atau sendok, kedua kelompok yang terdiri dari tuna netra dan berpenglihatan menghasilkan gestur yang serupa. Mereka sering menirukan cara penggunaan objek, misalnya gerakan menulis untuk kata pena.
  • Pengetahuan Konseptual Sama

    Saat diminta menuliskan ciri-ciri, kedua kelompok menunjukkan pengetahuan yang sangat mirip di seluruh kategori.

Temuan ini menunjukkan bahwa meskipun orang tuna netra memiliki pengetahuan konseptual yang setara dengan orang berpenglihatan, ketiadaan pengalaman visual memengaruhi bagaimana pengetahuan itu diekspresikan melalui gestur. Konsep yang sangat bergantung pada penglihatan dari kejauhan menjadi lebih sulit direpresentasikan tanpa indra penglihatan.

"Ini adalah studi pertama yang menunjukkan bahwa gestur orang tuna netra dibentuk oleh ketiadaan pengalaman visual mereka," kata peneliti utama Ezgi Mamus.

Ia menambahkan bahwa temuan ini penting untuk memahami adaptasi komunikasi. 

"Temuan ini mengungkap bagaimana strategi komunikasi beradaptasi ketika satu indera tidak ada, dan menyoroti interaksi kompleks antara bahasa, persepsi, dan ekspresi,” tutup Ezgi.