periskop.id - Sukanto Tanoto, pengusaha asal Belawan, Sumatera Utara, dikenal luas sebagai salah satu taipan Indonesia dengan julukan Crazy Rich Medan. Lahir pada 25 Desember 1949, ia membangun kerajaan bisnis dari usaha kecil hingga menjadi konglomerasi global di sektor sumber daya alam.

Melansir berbagai sumber, perjalanan bisnis Sukanto Tanoto dimulai pada akhir 1960-an ketika Sukanto menjadi pemasok suku cadang untuk industri minyak. Dari sana, ia merambah ke industri kayu dan melihat peluang besar di sektor pulp & paper. Langkah berani itu kemudian melahirkan PT Inti Indorayon Utama pada 1983 di Porsea, Sumatera Utara.

Perusahaan tersebut kelak berganti nama menjadi PT Toba Pulp Lestari Tbk (INRU), yang menjadi salah satu pilar bisnis pulp & paper di bawah grup Royal Golden Eagle (RGE). Toba Pulp sempat melantai di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham INRU, dan kini mayoritas sahamnya dikuasai Allied Hill Limited asal Hong Kong. Meski kepemilikan bergeser, jejak Sukanto sebagai pendiri tetap melekat.

RGE sendiri berkembang pesat menjadi konglomerasi internasional dengan portofolio bisnis di pulp & paper, kelapa sawit, dan energi. Kantor operasionalnya tersebar di Singapura, Hongkong, Beijing, Jakarta, dan Nanjing, menegaskan skala global yang berhasil dicapai oleh pengusaha asal Medan ini.

Namun, kiprah Toba Pulp Lestari tidak lepas dari kontroversi. Perusahaan kerap dituding melakukan deforestasi dan berkonflik dengan masyarakat adat di sekitar Danau Toba. Bahkan, Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution sempat merekomendasikan penutupan operasional perusahaan akibat konflik berkepanjangan. Pihak manajemen membantah tuduhan tersebut dan menegaskan komitmen pada keberlanjutan.

Di sisi lain, Sukanto juga dikenal sebagai filantropis melalui Tanoto Foundation, yayasan keluarga yang fokus pada pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat. Program beasiswa dan pembangunan sekolah telah menjangkau ribuan penerima manfaat di berbagai daerah Indonesia.

Dengan kekayaan bersih yang pernah tercatat mencapai lebih dari USD 2 miliar, Sukanto masuk jajaran orang terkaya di Indonesia. Ia juga menerima sejumlah penghargaan internasional, termasuk gelar kehormatan Komandan Ordo Singa Finlandia, yang menegaskan pengakuan global atas kiprahnya.

Kini, di usia lebih dari tujuh dekade, Sukanto Tanoto tetap menjadi figur penting dalam dunia usaha. Ia dikenal sebagai simbol kesuksesan finansial dengan kiprah mendirikan Royal Golden Eagle dan Toba Pulp Lestari. Namun, perjalanan bisnisnya juga diwarnai kontroversi, terutama terkait tudingan deforestasi dan konflik agraria di Sumatera Utara, yang membuat perusahaan kerap menjadi sorotan publik sekaligus perdebatan mengenai dampak industri terhadap lingkungan dan masyarakat.