periskop.id - Tesla mengumumkan bahwa para pemegang saham telah menyetujui paket gaji senilai hampir 1 triliun dolar AS atau sekitar Rp16.685 triliun (asumsi kurs Rp16.685,50 per USD) untuk CEO Elon Musk. Keputusan tersebut mendapat dukungan mencapai 75% dari total suara. Dewan direksi sebelumnya telah merekomendasikan persetujuan paket tersebut sejak September lalu, meski dua lembaga penasihat utama, Glass Lewis dan ISS, menyarankan agar investor menolaknya.
Hasil pemungutan suara diumumkan pada Kamis (6/11) dalam rapat umum tahunan pemegang saham di Austin, Texas. Selain itu, ada usulan terpisah dari investor individu bernama Stephen Hawk yang menginginkan Tesla dapat berinvestasi di xAI, perusahaan kecerdasan buatan milik Musk yang didirikan pada Maret 2023 untuk menyaingi OpenAI.
“Kami menerima lebih banyak suara setuju dibandingkan yang menolak, meskipun ada sejumlah abstain. Tesla kini sedang mempertimbangkan langkah selanjutnya terkait hal itu,” ungkap Penasihat hukum Tesla, Brandon Ehrhart.
Melansir CNBC, Sabtu (9/11), paket gaji baru Musk terdiri atas 12 tahap pemberian saham yang hanya akan cair jika Tesla mencapai target-target tertentu selama sepuluh tahun ke depan. Paket ini juga akan meningkatkan kendali Musk atas perusahaan, sesuai dengan permintaan yang ia ungkapkan secara terbuka sejak awal 2024. Kepemilikan sahamnya bisa naik dari sekitar 13% menjadi 25%, atau bertambah sekitar 423 juta lembar saham.
Tahap pertama akan diberikan jika Tesla mencapai kapitalisasi pasar senilai 2 triliun dolar AS (sekitar Rp33.371 triliun) dari posisi saat ini sekitar 1,54 triliun dolar AS (sekitar Rp25.687 triliun). Setiap kenaikan nilai pasar sebesar 500 miliar dolar AS (sekitar Rp8.342 triliun) akan membuka tahap berikutnya, hingga maksimal 6,5 triliun dolar AS(sekitar Rp108.456 triliun).
Dua tahap terakhir akan diberikan jika kapitalisasi pasar naik hingga 8,5 triliun dolar AS(sekitar Rp141.827 triliun). Selain target nilai pasar, setiap tahap juga dikaitkan dengan pencapaian operasional tertentu.
Tesla juga menetapkan target laba, mulai dari 50 miliar dolar AS (sekitar Rp834 triliun) hingga 400 miliar dolar AS(sekitar Rp6.674 triliun) per tahun. Pada kuartal ketiga, Tesla melaporkan EBITDA yang disesuaikan sebesar 4,2 miliar dolar AS (sekitar Rp70 triliun). Target lain dalam paket tersebut mencakup pengiriman 20 juta kendaraan, 10 juta pelanggan aktif FSD (Full Self-Driving), 1 juta robot humanoid Optimus yang dikirim, serta 1 juta robotaksi yang beroperasi secara komersial. Hingga kini, Tesla baru mengirim lebih dari 8 juta kendaraan.
Rencana itu belum menjelaskan apakah langganan FSD harus dibeli atau bisa mencakup uji coba gratis. Saat ini, Tesla menawarkan sistem mengemudi semi-otomatis bernama “FSD Supervised” di Amerika Serikat dan berencana mengembangkannya agar bisa beroperasi tanpa pengawasan manusia.
Dalam rapat pemegang saham, Musk mengklaim robot Optimus “akan menghapus kemiskinan,” “memberikan layanan kesehatan luar biasa untuk semua orang,” dan akan menjadi “lebih besar dari ponsel, lebih besar dari apa pun.” Ia juga menyebut robot itu dapat digunakan untuk “mencegah kejahatan masa depan” dengan mengikuti dan menghentikan pelaku kejahatan.
Namun, hingga kini belum ada robot Optimus yang dijual ke pasar, dan Musk tidak menyebutkan target waktu untuk mewujudkan klaim tersebut.
Laporan Reuters sebelumnya menyebut Musk tetap bisa meraup puluhan miliar dolar meski tidak memenuhi sebagian besar target yang ditetapkan, termasuk lebih dari 50 miliar dolar AS (sekitar Rp834 triliun) hanya dengan mencapai sebagian kecil target yang lebih realistis. Terdapat juga daftar “kejadian luar biasa” yang memungkinkan Musk menerima saham meski target operasional tidak tercapai, seperti bencana alam, perang, pandemi, hingga perubahan regulasi yang menghambat produksi atau penjualan Tesla.
Pemungutan suara ini dilakukan setelah Pengadilan Chancery Delaware tahun lalu memutuskan bahwa paket gaji Musk pada 2018 tidak sah dan harus dibatalkan. Musk telah mengajukan banding, dan perkara tersebut kini menunggu keputusan Mahkamah Agung Negara Bagian Delaware. Di luar Tesla, Musk juga memimpin xAI (yang telah bergabung dengan X), SpaceX, Starlink, Neuralink, serta The Boring Company.
Ia juga aktif di ranah politik, termasuk mendorong kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih serta mengarahkan upaya besar-besaran untuk memangkas ukuran pemerintahan federal. Menurut penelitian dari National Bureau of Economic Research, penjualan Tesla di AS antara Oktober 2022 hingga April 2025 bisa 67% hingga 83% lebih tinggi jika bukan karena tindakan politik Musk yang “memecah opini publik”. Paket gaji barunya ini pun tidak membatasi aktivitas politik Musk maupun menetapkan waktu minimal yang harus ia habiskan di Tesla.
Tinggalkan Komentar
Komentar