periskop.id - Tahun 2025 menjadi masa keemasan bagi para miliarder dunia. Kekayaan global terus terkonsentrasi di tangan segelintir orang super kaya, sementara nama-nama baru terus bermunculan di daftar Forbes. Bahkan, Elon Musk disebut-sebut berpotensi menjadi trillionaire pertama di dunia.

Menurut analisis GOBankingRates yang membandingkan data dari Visual Capitalist dan Forbes World’s Billionaires List 2025, industri yang paling banyak melahirkan miliarder adalah keuangan dan investasi.

Sepanjang 2025, sektor keuangan dan investasi tercatat memiliki 464 miliarder, setara 15,3% dari total miliarder dunia. Angka ini menegaskan posisi keuangan sebagai mesin pencetak kekayaan global. Dari jumlah itu, 37 orang merupakan miliarder baru yang berhasil masuk ke three-commas club tahun ini.

Melansir Yahoo Finance, Sabtu (9/11), nama legendaris Warren Buffett masih menjadi ikon sektor ini. Melalui Berkshire Hathaway, ia mempertahankan kekayaan senilai USD 154 miliar. Perusahaannya tetap menjadi raksasa dengan portofolio investasi luas, mulai dari asuransi, utilitas, hingga merek-merek konsumen ternama, semua menghasilkan pertumbuhan stabil dari tahun ke tahun.

Namun, dominasi sektor keuangan mulai mendapat tantangan serius dari bidang lain yang tumbuh lebih cepat.

Teknologi Cetak Miliarder Baru Terbanyak di 2025

Walau jumlah total miliardernya masih di bawah sektor keuangan, teknologi mencatat pertumbuhan tercepat tahun ini. Sektor ini kini memiliki 401 miliarder atau sekitar 14% dari total global, namun menambahkan 59 nama baru sejak 2024 atau meningkat 17,25%, jauh di atas pertumbuhan keuangan yang hanya 8,67%.

Ledakan permintaan terhadap kecerdasan buatan (AI), infrastruktur cloud, dan semikonduktor menjadi pendorong utama kenaikan tajam ini. Di puncak daftar teknologi, Mark Zuckerberg kini memiliki kekayaan sekitar USD 216 miliar.

Sementara itu, bintang muda seperti Alexandr Wang (28 tahun), pendiri Scale AI yang bekerja sama dengan Meta dalam pengembangan AI. Kondisi ini menunjukkan betapa cepat kekayaan bisa terbentuk di sektor teknologi dibandingkan industri lama.

Posisi ketiga ditempati sektor manufaktur dengan 342 miliarder, naik 14 dari tahun lalu. Di kategori ini, Reinhold Würth dan keluarga memimpin dengan kekayaan USD 35,1 miliar dari Würth Group.

Urutan keempat adalah fashion dan ritel dengan 297 miliarder, termasuk 12 pendatang baru. Bernard Arnault dan keluarga dari LVMH masih memimpin dengan kekayaan USD 178 miliar, meskipun kini kekayaannya sudah disalip miliarder teknologi dan keuangan.

Sektor kesehatan menempati posisi kelima dengan 230 miliarder, menambah 33 orang baru di tahun ini. Thomas Frist Jr. dan keluarga memimpin kategori ini dengan kekayaan USD 27 miliar melalui HCA Healthcare.

Melengkapi daftar 10 besar industri pencetak miliarder dunia, sektor makanan dan minuman menempati posisi keenam dengan 223 miliarder, menunjukkan betapa besar potensi bisnis konsumsi global yang tak pernah surut. Disusul oleh sektor konglomerasi atau diversified holdings dengan 210 miliarder, yang umumnya berasal dari perusahaan dengan portofolio bisnis lintas industri.

Selanjutnya, properti berada di posisi kedelapan dengan 206 miliarder, mencerminkan daya tahan sektor real estate sebagai sumber kekayaan klasik. Di bawahnya, media dan hiburan mencatat 116 miliarder, didorong oleh ledakan platform digital dan bisnis konten global.

Menutup daftar, sektor energi melahirkan 106 miliarder, yang sebagian besar berasal dari minyak, gas, dan energi terbarukan. Di luar sepuluh besar ini, masih ada sekitar 433 miliarder lain yang kekayaannya tersebar di berbagai bidang. Mulai dari olahraga, transportasi, hingga industri kreatif.