periskop.id - Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) tengah melakukan pembenahan pada perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang saat ini dinilai kurang sehat.
Managing Director Danantara Asset Management, Febriany Eddy, mengatakan pihaknya memiliki 21 program prioritas kerja yang ditargetkan rampung pada tahun ini. Adapun program kerja yang dilakukan meliputi restrukturisasi di sejumlah BUMN, hingga pengembangan bisnis.
"Kenapa sih yang 21 ini yang dipilih untuk tahun ini? Itu yang urgent, important. Yang kalau tidak dilakukan restrukturisasi tahun ini, maka tahun depan mungkin akan lebih sulit untuk direstrukturisasi. Jadi ada urgency untuk segera dibantu tahun ini," kata Febriany dalam acara Coffee Morning Danantara, dikutip Sabtu (15/11).
Salah satu perusahaan pelat merah yang telah disuntik dana adalah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA). Febriany menuturkan, penyertaan modal untuk Garuda Indonesia sebenarnya terdiri dari beberapa rangkaian langkah.
"Jadi injeksi modal itu hanyalah awal dari pekerjaan besar dan transformasi Garuda. Ini yang berbeda menurut saya. Transformasi Garuda bukan cuma sekadar transformasi neraca," bebernya.
Menurutnya, ada injeksi dana untuk Garuda sebagai induk usaha, suntikan dana ke Citilink untuk membayar utang avtur, serta penyelesaian kewajiban berupa inbreng sebuah lahan dari Jasa Marga Logistics (JML). Ketiga hal tersebut sejak awal telah dirancang sebagai satu paket restrukturisasi untuk menyehatkan neraca keuangan Garuda.
"Tetapi, itu hanya awal. Karena dari sekarang akan banyak sekali pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan oleh Garuda," tutupnya.
BPI Danantara melalui Danantara Asset Management (DAM) telah menyuntikkan dana sebesar Rp23,67 triliun dari total Rp30 triliun yang direncanakan.
Dari total dana Rp23,67 triliun, sekitar Rp8,7 triliun (37%) akan dialokasikan untuk kebutuhan modal kerja Garuda Indonesia, meliputi pemeliharaan dan perawatan pesawat. Sementara itu, Rp14,9 triliun (63%) akan mendukung operasional Citilink, terdiri atas Rp11,2 triliun untuk modal kerja dan Rp3,7 triliun untuk pelunasan kewajiban pembelian bahan bakar kepada Pertamina periode 2019–2021.
Tinggalkan Komentar
Komentar