periskop.id - Menteri Koordinator Bidang Pangan RI, Zulkifli Hasan (Zulhas), buka suara terkait wacana Malaysia yang ingin menetapkan durian sebagai buah nasional. Menurutnya, Indonesia memiliki dasar yang jauh lebih kuat untuk mengklaim durian sebagai buah nasional.
“Indonesia memproduksi hampir 2 juta ton durian pada 2024 menurut BPS. Angka ini jauh di atas Malaysia. Dengan fakta ini, saya kira durian adalah buah nasional Indonesia,” ujar Zulhas dalam keterangannya, Senin (17/11).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, produksi durian Indonesia mencapai 1,96 juta ton, tertinggi dalam lima tahun terakhir. Produksi terbesar berasal dari sentra-sentra durian di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Sementara itu, sejumlah laporan regional menyebut produksi Malaysia jauh lebih rendah, meski nilainya meningkat lewat ekspor varietas premium seperti Musang King. Zulhas menambahkan, durian bukan hanya komoditas, tetapi juga budaya dan sumber hidup jutaan petani.
“Kalau bicara simbol nasional, ya harus berdiri di atas data dan realitas. Durian Nusantara itu kekuatan kita di Asia. Menurut data BRIN, Indonesia punya 21 dari 27 spesies durian yang dikenal di dunia dan hingga 2024 sekitar 114 varietas unggul terdaftar baru,” terang Zulhas.
Untuk memperkuat posisi Indonesia, pemerintah akan mendorong branding “Durian Nusantara”, meningkatkan standar produksi, dan memperluas potensi ekspor olahan durian ke pasar global.
Sebagai informasi, Asosiasi Produsen Durian (DMA) Malaysia secara resmi meminta pemerintah menetapkan durian sebagai buah nasional dan menjadikan 7 Juli sebagai Hari Durian Nasional. Presiden DMA, Eric Chan, menegaskan bahwa durian merupakan bagian penting dari identitas masyarakat Malaysia, dengan kenangan dan tradisi yang menghubungkan berbagai lapisan masyarakat.
Durian Malaysia juga memiliki reputasi global melalui varietas premium seperti Musang King, Black Thorn, dan D24. Status indikasi geografis (IG) Musang King baru saja diperpanjang hingga 2034, yang memperkuat perlindungan atas nama tersebut.
Chan menyebut pembaruan itu sebagai “stempel paspor” yang menegaskan keaslian durian Malaysia serta keberhasilan petani dalam membangun merek global dari produk lokal.
Tinggalkan Komentar
Komentar