periskop.id - Surat Berharga Negara (SBN) menunjukkan perbaikan meskipun volatilitas pasar global masih tinggi. Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, yield SBN berada dalam tren menurun, didukung kondisi pasar keuangan domestik yang tetap kuat.
Suahasil menjelaskan, perkembangan yield SBN valuta asing (valas) terhadap US Treasury 10 tahun terlihat terus membaik sepanjang 2025. Spread yield yang pada awal tahun berada di level tinggi secara bertahap menyempit dan turun ke sekitar 57 bps pada pertengahan November.
"Pada angka terakhir sekitar November, spread-nya berada di 57 basis point, lebih rendah dibandingkan awal tahun yang sebesar 84 basis point. Ini mencerminkan penurunan country risk Indonesia karena keduanya sama-sama dalam denominasi USD, sehingga yang dibandingkan hanyalah risiko antara Amerika dan Indonesia," jelas Suahasil dalam konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, ditulis Jumat (21/11).
Penurunan spread tersebut menunjukkan bahwa risiko Indonesia di mata investor semakin mengecil. Karena SBN valas dan US Treasury sama-sama berdenominasi dolar AS, perbedaan imbal hasil di antara keduanya terutama mencerminkan tingkat risiko negara masing-masing. Semakin kecil spread-nya, semakin tinggi kepercayaan pasar terhadap kemampuan dan stabilitas Indonesia dibandingkan awal tahun.
Adapun yield SBN dalam mata uang rupiah atau Local Currency (LCY) juga menunjukkan pola serupa. Spread terhadap UST 10 tahun telah turun signifikan dari level 242 bps pada awal tahun menjadi 196 bps pada November 2025.
Penurunan ini lebih baik dibandingkan sejumlah negara peers dengan rating yang sepadan,. Seperti Filipina, Meksiko, Brasil, dan Afrika Selatan.
"Ini mencerminkan kita mengelola utang dengan sangat prudent sehingga kita bisa melakukan tightening terhadap yield kita yang berarti nanti bunga utang kita juga lebih terkontrol," jelasnya.
Dari sisi aliran dana, pasar SBN sempat mencatat capital outflow cukup besar pada September-Oktober 2025. Namun tekanan tersebut mulai mereda pada November. Hingga 14 November 2025, akumulasi arus keluar tercatat Rp8,9 triliun secara year-to-date (ytd).
Secara keseluruhan, perbaikan country risk dan currency risk Indonesia, disertai stabilitas pasar keuangan domestik, telah mendukung turunnya yield SBN dan memperkuat daya tarik pasar obligasi pemerintah di tengah dinamika global.
"Jadi ini juga suatu pencapaian yang bagus karena berarti kita makin tetap dipercaya oleh pasar internasional. Ini global sukuk dan oversubscribe di dalam proses book building kita mendapatkan oversubscribe 1,9 kali. Ini mencerminkan confidence dari pasar global terhadap perekonomian Indonesia dan pengelolaan makroekonomi Indonesia termasuk pengelolaan APBN kita," tutup dia.
Tinggalkan Komentar
Komentar