periskop.id - Rumah produksi Falcon Pictures mengumumkan proyek ambisius: menghadirkan kisah hidup penyair legendaris Chairil Anwar ke layar lebar. Sosok yang dikenal sebagai “binatang jalang” ini akan ditampilkan bukan hanya sebagai sastrawan, tetapi juga manusia dengan segala gejolak hidupnya.
Melansir Antara, Senin (10/11), Produser Falcon Pictures, Frederica, menegaskan alasan di balik proyek ini.
“Kami percaya, kisah Chairil adalah kisah tentang keberanian untuk hidup dengan caranya sendiri. Tentang semangat yang tak pernah padam, bahkan setelah raga tiada,” ujarnya.
Film ini akan mengangkat perjalanan Chairil Anwar yang lahir di Medan pada 26 Juli 1922 dan wafat di Jakarta pada usia 26 tahun. Meski hidup singkat, ia meninggalkan lebih dari 70 karya, termasuk puisi ikonik seperti Aku, Karawang-Bekasi, Doa, dan Diponegoro. Karya-karya itu menjadi simbol perlawanan generasi muda di masa revolusi.
Falcon Pictures menekankan bahwa film ini bukan sekadar biografi, melainkan upaya menghidupkan kembali semangat zaman.
“Melalui film ini, kami ingin menghadirkan Chairil bukan hanya sebagai sastrawan, tetapi sebagai manusia yang mencintai, memberontak, dan hidup sepenuh tenaga,” tambah Frederica.
Kabar produksi film ini pertama kali diumumkan melalui unggahan Instagram resmi Falcon Pictures. Mereka menampilkan potret ikonik Chairil Anwar dan mengajak publik menebak siapa aktor yang paling pantas memerankan penyair muda yang hidupnya singkat namun membara.
“Film Chairil Anwar. Segera di bioskop. Menurut kalian siapa nih yang cocok berperan sebagai Chairil Anwar?” tulis akun @falconpictures.
Kehadiran film ini juga menjadi bagian dari tren global mengangkat tokoh sastra ke layar lebar. Di Indonesia, film biopik tokoh budaya masih jarang, padahal karya sastra memiliki pengaruh besar dalam membentuk identitas bangsa.
Menurut data Badan Bahasa, puisi Chairil Anwar masuk dalam kurikulum sekolah menengah sejak 1975 dan terus diajarkan hingga kini.
Selain itu, UNESCO pernah menempatkan Chairil Anwar sebagai salah satu penyair Asia paling berpengaruh pada abad ke-20. Hal ini menunjukkan bahwa warisan sastra Chairil tidak hanya penting bagi Indonesia, tetapi juga diakui dunia internasional.
Dengan proyek ini, Falcon Pictures berharap dapat memperkenalkan kembali Chairil Anwar kepada generasi muda. Bukan hanya lewat teks di buku pelajaran, tetapi melalui medium film yang lebih dekat dengan keseharian mereka.
Tinggalkan Komentar
Komentar