Periskop.id - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan, belum membahas terkait perpanjangan insentif untuk mobil listrik (Battery Electric Vehicle/BEV) dengan skema completely built up (CBU/impor) di tahun depan. Artinya, sejauh ini kebijakan ini berakhir pada akhir Desember 2025 sesuai dengan regulasi yang berlaku.
‎‎Seperti diketahui, pemerintah memberikan insentif untuk importasi CBU mobil listrik berupa bea masuk dan keringanan PPnBM dan PPN. Syaratnya, perusahaan penerima manfaat insentif ini harus melakukan produksi dalam negeri 1:1 dari jumlah kendaraan CBU yang masuk ke pasar domestik.

"Terkait dengan insentif ini, memang sampai dengan hari ini, kami belum juga, atau belum ada sama sekali rapat atau pertemuan dengan kementerian/lembaga terkait keberlanjutan insentif ini," kata Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan (IMATAP) Kemenperin, Mahardi Tunggul Wicaksono di Jakarta, Senin (25/8). 

Ia menegaskan, dengan kondisi ini, aturan insentif ini bisa diasumsikan akan berakhir sesuai regulasi yaitu di akhir Desember 2025. "Bisa kita asumsikan karena sampai hari ini belum ada diskusi dan pertemuan, sehingga asumsinya insentif ini akan berakhir sesuai regulasi yang ada," ucapnya lagi.

Saat ini ada enam perusahaan penerima manfaat insentif importasi BEV yaitu PT National Assemblers (Citroen, AION, dan Maxus). Kemudian PT BYD Auto Indonesia, PT Geely Motor Indonesia, PT VinFast Automobile Indonesia, PT Era Indusri Otomotif (Xpeng), dan PT Inchape Indomobil Energi Baru (GWM Ora).

Enam perusahaan tersebut memiliki rencana investasi di Tanah Air sebesar Rp15,52 triliun yang memiliki kapasitas produksi hingga mencapai 305 ribu unit sebagai imbal balik dari mengikuti program ini.

"Terdapat enam perusahaan yang mengikuti program insentif CBU dengan total rencana penambahan investasi sebesar Rp15 triliun serta rencana penambahan kapasitas produksi sebesar 305 ribu unit," tuturnya. 

Adapun saat ini total populasi kendaraan listrik di Indonesia mencapai 274.802 unit. Hal ini seiring dengan dilakukannya program percepatan pengembangan ekosistem kendaraan listrik, populasi kendaraan listrik di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan.

Pada tahun 2024 total populasi kendaraan listrik di Indonesia mencapai 207 ribu unit, meningkat sebesar 78% dari tahun 2023 yang berjumlah 116 ribu unit.

Merek China

Sekadar informasi, merek kendaraan listrik (electric vehicle/EV) asal China mendominasi pasar EV Indonesia pada periode Januari-Juli, menurut data yang dirilis pada Rabu (13/8) oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).

Pabrikan mobil China BYD memimpin pasar dalam tujuh bulan pertama 2025, dengan penjualan mencapai 16.427 unit. Kinerja kuatnya didukung oleh model-model populer seperti M6, Sealion 7, Atto 3, Seal, dan Dolphin. 

Pada akhir Juli, BYD meluncurkan mobil kota terbarunya, Atto 1, di ajang GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025, yang menarik perhatian dengan harga mulai dari Rp195 juta.

Di posisi kedua adalah submerek premium BYD Group, Denza, dengan penjualan 6.256 unit. Kemudian, disusul oleh produsen China Wuling dengan 6.210 unit. Sementara Chery menempati posisi keempat dengan 5.196 unit serta Aion berada di posisi kelima dengan 3.126 unit.

Secara keseluruhan, penjualan mobil listrik di Indonesia mencapai 42.178 unit pada periode Januari-Juli, hampir menyamai total penjualan tahunan pada 2024 sebesar 43.188 unit. Pemerintah Indonesia berjanji untuk mengurangi emisi karbon dengan beralih dari bahan bakar fosil ke energi bersih.