Periskop.id - Kantor Media Pemerintah Gaza menyatakan, Israel hanya mengizinkan tidak lebih dari 200 truk bantuan masuk ke Jalur Gaza per hari. Jumlah ini hanya sepertiga dari 600 truk yang disepakati dalam perjanjian gencatan senjata dengan Israel.
Kepala Kantor Media Pemerintah Gaza, Ismail Al-Thawabteh, seperti dilansir Anadolu Senin (24/11) mengatakan, Israel hanya mengizinkan kurang dari sepertiga dari bantuan yang dibutuhkan untuk 2,4 juta penduduk Gaza.
“Israel mengelola kelaparan di Gaza secara perlahan dan bertahap,” ucap Ismail sembari memperingatkan, tingkat malnutrisi di kalangan penduduk Gaza telah melampaui 90%.
Berdasarkan perjanjian gencatan senjata yang dicapai antara Hamas dan Israel pada 10 Oktober, seharusnya 600 truk bantuan masuk ke Gaza setiap hari. Namun, Israel tidak mematuhi perjanjian tersebut, dan melancarkan serangan hampir setiap hari yang telah menewaskan sedikitnya 342 warga Palestina sejak 10 Oktober.
Thawabteh mengatakan, Israel terus melarang masuk alat berat dan peralatan yang dibutuhkan tim pertahanan sipil untuk mengevakuasi jenazah para syuhada dari bawah reruntuhan. Ini menjadi suatu pelanggaran terang-terangan terhadap seluruh hukum kemanusiaan.
Ia menggambarkan praktik Israel tersebut sebagai kejahatan berlapis, terdiri dari upaya kelaparan yang disengaja terhadap warga sipil dan menghalangi bantuan kemanusiaan.
Dirinya pun mendesak para mediator dan penjamin gencatan senjata untuk memberikan tekanan serius dan efektif, agar Israel mematuhi apa yang telah ditandatangani dan segera menghentikan pelanggaran berat ini.
Perempuan dan Anak-Anak
Sejak serangan Oktober 2023, tentara Israel telah menewaskan hampir 70.000 orang di Gaza yang sebagian besar perempuan dan anak-anak. Serangan-serangan yang dilancarkan secara brutal yang meratakan sebagian besar wilayah juga melukai lebih dari 170.900 lainnya.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), memperingatkan situasi kemanusiaan dan kesehatan yang kian memburuk di Jalur Gaza. Hal ini terjadi di tengah penutupan perbatasan, pengepungan dan menjelang datangnya musim dingin.
WHO menyebut, sekitar 16.500 pasien di Gaza saat ini menunggu evakuasi medis ke luar negeri. Badan kesehatan dunia itu juga menegaskan, pasokan medis sebenarnya telah disiapkan di perbatasan, namun belum dapat masuk akibat penutupan penyeberangan yang masih berlangsung.
WHO pun mendesak agar penyeberangan Rafah dan seluruh jalur perbatasan lainnya segera dibuka. Ini karena Rafah merupakan satu-satunya jalur yang memungkinkan evakuasi medis, sekaligus menjadi titik masuk utama bagi obat-obatan dan perlengkapan medis.
Selain itu, WHO juga meminta komunitas internasional untuk memastikan akses bantuan kemanusiaan tanpa hambatan. Serta mendorong lebih banyak negara menerima pasien dari Gaza untuk pengobatan.
Sementara itu, OCHA melaporkan, ratusan ribu keluarga pengungsi di Gaza kini menghadapi awal musim dingin tanpa tempat tinggal layak atau perlindungan yang memadai. Badan PBB tersebut juga mencatat, hanya sekitar 4% lahan pertanian di Gaza yang masih dapat diakses dan digarap akibat kerusakan besar-besaran yang ditimbulkan oleh serangan Israel. Kondisi ini, menurut OCHA, semakin meningkatkan risiko kelaparan di sejumlah wilayah Palestina.
Tinggalkan Komentar
Komentar