periskop.id - Nilai tukar rupiah kembali ditutup melemah pada perdagangan Rabu (12/11). Rupiah ditutup di level Rp16.724 per dolar AS, melemah 30 poin dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp16.694 per dolar AS. Dalam sesi perdagangan, rupiah sempat menyentuh pelemahan hingga 35 poin.

Direktur PT Traze Andalan Futures sekaligus Pengamat Ekonomi, Mata Uang, dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi, mengatakan pelemahan rupiah hari ini disebabkan oleh penguatan indeks dolar AS yang menembus level tertinggi baru di perdagangan Asia

“Dolar kembali menguat karena pasar mulai meragukan kemungkinan Federal Reserve akan memangkas suku bunga lebih lanjut,” ujar Ibrahim dalam risetnya, Rabu (12/11).

Ia menambahkan, kondisi pasar global saat ini tengah dibayangi sejumlah ketidakpastian, termasuk pemeriksaan Mahkamah Agung AS atas kebijakan tarif Presiden Donald Trump serta dinamika politik terkait penutupan pemerintahan Amerika Serikat (government shutdown).

“Jika RUU pengeluaran pemerintah disetujui DPR dan ditandatangani Presiden, maka akan membuka jalan bagi rilis data ekonomi resmi AS yang sempat tertunda,” jelasnya.

Ibrahim menjelaskan, pasar juga menunggu pidato beberapa pejabat The Fed seperti John Williams, Christopher Waller, dan Raphael Bostic yang dapat memberikan sinyal arah kebijakan moneter berikutnya.

“Ada perpecahan di internal The Fed soal prospek pemangkasan suku bunga Desember ini, dan hal tersebut menambah tekanan bagi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah,” katanya.

Dari dalam negeri, pelaku pasar juga mencermati proyeksi pertumbuhan ekonomi yang dirilis Bank Indonesia (BI). BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2026 berada di level 5,33%, lebih rendah dari target pemerintah dalam APBN sebesar 5,4%.

“Target BI relatif realistis, tetapi pencapaiannya akan sangat bergantung pada seberapa cepat realisasi belanja fiskal dan stimulus ekonomi dilakukan,” ujar Ibrahim.

Ia menambahkan, BI juga membuka peluang untuk menurunkan suku bunga acuan dan memperluas ekspansi likuiditas moneter guna menjaga momentum pertumbuhan. Sementara itu, Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 4,9% pada 2026, jauh di bawah target pemerintah maupun BI.

“Untuk perdagangan Kamis (13/11), Ibrahim memproyeksikan rupiah akan bergerak fluktuatif namun cenderung melemah di kisaran Rp16.720–Rp16.760 per dolar AS,” tutur Ibrahim.