Periskop.id - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang bertujuan meningkatkan kualitas gizi anak-anak di Indonesia tengah menghadapi sorotan serius. Sejumlah lembaga pemantau merilis data yang menunjukkan lonjakan signifikan dalam kasus keracunan MBG, memicu pertanyaan mengenai standar implementasi dan keamanan pangan dalam program tersebut. 

Hingga September 2025, data yang dikumpulkan oleh tiga lembaga menunjukkan angka ribuan korban di berbagai provinsi, mencerminkan tantangan besar dalam pengawasan kualitas makanan.

1. Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI)

Menurut data yang dirilis oleh CISDI per 19 September 2025, total kasus keracunan MBG telah mencapai 5.626 kasus yang tersebar di 17 provinsi di Indonesia. Angka ini menjadi alarm pertama akan adanya masalah serius dalam kualitas dan keamanan pangan.

2. Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI)

Angka yang dirilis oleh JPPI bahkan lebih tinggi. Berdasarkan data per 21 September 2025, JPPI mencatat total 6.452 kasus keracunan MBG.

JPPI juga merinci lima provinsi dengan jumlah kasus keracunan tertinggi:

  1. Jawa Barat: 2.012 kasus
  2. DIY: 1.047 kasus
  3. Jawa Tengah: 722 kasus
  4. Bengkulu: 539 kasus
  5. Sulawesi Tengah: 446 kasus

3. Badan Gizi Nasional (BGN)

Sementara itu, BGN selaku pihak pemerintah yang berwenang, mencatat jumlah kasus yang sedikit lebih rendah. Data BGN per 22 September 2025 menunjukkan total 4.711 kasus keracunan MBG.

BGN menyajikan rincian data berdasarkan wilayah:

  • Wilayah I (Sumatra): 1.281 kasus
  • Wilayah II (Jawa): 2.606 kasus
  • Wilayah III (Kalimantan hingga Papua): 824 kasus

Meskipun terdapat disparitas angka, seluruh data dari CISDI, JPPI, dan BGN mengkonfirmasi bahwa masalah keracunan MBG adalah isu nasional yang memerlukan perhatian segera.