Periskop.id - Analis Komunikasi Politik Hendri Satrio (Hensat) menyatakan, sebanyak 78% responden menyatakan mendukung mantan Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjadi pahlawan nasional. Hal tersebut dikatakan Hensat berdasarkan Survei Kedai Kopi tentang persepsi publik terkait wacana pengangkatan Presiden Soeharto dan Gus Dur sebagai pahlawan nasional.

"Alasan utama dukungan untuk Gus Dur adalah karena berhasil mengawal toleransi dan demokrasi Indonesia (89,1%). Ada pun alasan lainnya adalah karena menjadi presiden yang sederhana (57,1%), diplomasi Gus Dur (38,2%), dan kinerjanya saat menjadi presiden dirayakan," kata Hensat dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (8/11). 

Hensat menjelaskan, berdasarkan survei, mayoritas mendukung Gus Dur sebagai pahlawan nasional karena berhasil mengawal toleransi dan demokrasi Indonesia. Lalu, karena menjadi presiden yang sederhana dan keluarganya tidak memanfaatkan jabatan. 

Kemudian, menjadi presiden yang dihormati kepada negara lain dengan diplomasinya dan kinerja saat menjadi presiden dirayakan. Namun, lanjut Hensat, ada beberapa alasan mengapa publik juga tidak mendukung Gus Dur menjadi pahlawan nasional.

Berdasarkan hasil survei, publik menilai kinerja Gus Dur sebagai presiden tidak terasa (54,8%). Selanjutnya, karena belum waktunya masih, mengingat ada tokoh lain yang seharusnya lebih dahulu menjadi pahlawan nasional (47,8%). Lalu, hanya mewakili atau representasi kelompok tertentu (39,2 %).

"Yang mendukung Gus Dur ini memang datang dari kelompok milenial dan gen-X yang memang merasakan sepak terjang Gus Dur sebagai Presiden maupun sebagai aktivis ataupun sebagai tokoh agama," ujar Hensat.

Hensat melanjutkan, temuan data ini seharusnya menjadi pertimbangan pemerintah dalam memutuskan gelar pahlawan untuk Gus Dur. Dia berharap seluruh pandangan masyarakat ini dapat diperhitungkan sehingga keputusan yang diambil pemerintah nantinya merupakan jalan tengah yang tepat.

"Ini adalah alasan alasan yang sangat krusial bagi sejarah Indonesia. Jadi dan ini harusnya bisa menjadi pertimbangan dari pemerintah dalam memutuskan nantinya. Jadi jangan hanya dilihat banyak yang setuju, tapi dilihat juga yang tidak setuju," ucapnya.

Sekadar informasi, survei yang dilakukan kedai kopi dilakukan dari 5 November 2025 hingga 7 November 2025. Survei itu dilakukan dengan metode Computerized Assited Self Interview (CASI) dengan responden 1.231 di seluruh Indonesia. Usia responden dalam penelitian ini dari 17 sampai 60 tahun.

49 Nama Calon

Asal tahu saja, Presiden Prabowo Subianto menerima 49 nama calon pahlawan nasional dari Ketua Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (GTK) Fadli Zon. Di dalamnya, ada nama Presiden Ke-2 RI Jenderal Besar TNI (Purn) Soeharto dan Presiden Ke-4 RI K.H. Abdurrahman Wahid.

Fadli Zon menjelaskan dari 49 nama itu, sebanyak 24 nama di antaranya merupakan nama-nama yang masuk daftar prioritas. Ia menyebut, proses pengusulan pahlawan ini adalah proses dari bawah, dari masyarakat di kabupaten/kota. Kemudian, ada penelitian tim peneliti yang terdiri dari para pakar dari berbagai latar belakang. 

“Setelah dari kabupaten/kota, ke provinsi, di sana ada juga tim peneliti, akademisi, dan sejumlah tokoh yang menilai (disebut) TP2GP ya, kemudian setelah itu kepada TP2GP di Kementerian Sosial," kata Fadli Zon menjelaskan alur pengusulan calon pahlawan nasional saat jumpa pers di Istana Kepresidenan RI, Jakarta, Rabu sore.

Dari Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Tingkat Pusat (TP2GP), nama-nama yang diusulkan sebagai calon pahlawan nasional itu diserahkan kepada Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (GTK). Fadli Zon, yang juga Menteri Kebudayaan dan saat ini memimpin Dewan GTK menjelaskan, dari 49 nama, sembilan nama merupakan nama-nama calon yang telah melewati tahapan pengusulan dan pengkajian pada tahun-tahun sebelumnya. 

Sementara 40 nama merupakan mereka yang proses pengusulan dan pengkajiannya dilakukan pada tahun ini.

"Jadi, tidak ada yang tidak memenuhi syarat. Perjuangannya semuanya jelas, latar belakang, riwayat hidupnya, dan sudah diuji secara akademik, secara ilmiah ya, riwayat perjuangannya ini telah diteliti dengan seksama melalui beberapa layer, beberapa tahap. Nanti kita melihat ya perkembangannya," ujar Fadli Zon saat ditemui selepas menghadap Presiden Prabowo.

Pada kesempatan itu, Fadli Zon menjelaskan, Dewan GTK juga masih akan melihat kembali daftar-daftar nama calon pahlawan dengan mempertimbangkan daerah asal pengusulan, gender, dan faktor-faktor lainnya. Mengenai nama Presiden Ke-2 Soeharto yang juga masuk daftar nama calon pahlawan nasional, Fadli menjelaskan usulan itu juga diberikan oleh masyarakat.

Sementara itu, saat ditanya mengenai adanya protes dan penolakan dari sejumlah masyarakat mengenai pencalonan Soeharto sebagai pahlawan nasional, Fadli mengatakan penolakan dan protes itu sebagai masukan.

"Ya saya kira itu sebagai masukan ya, tetapi kita melihat jasa-jasanya yang luar biasa, karena tadi semua 49 nama ini adalah jasa-jasa orang-orang yang sudah dipertimbangkan dengan masak melalui kajian. Mereka berjasa luar biasa makanya diusulkan. Kalau enggak (berjasa, red.), tidak mungkin diusulkan. Jadi, soal memenuhi syarat, itu memenuhi syarat," sambung Fadli.

Fadli kemudian mencontohkan jasa-jasa Soeharto sehingga dinilai layak dicalonkan sebagai pahlawan nasional, di antaranya memimpin Serangan Umum 1 Maret 1949 pada masa Agresi Belanda II dan Operasi Pembebasan Irian Barat.