periskop.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pasar modal domestik kembali menunjukkan performa gemilang sepanjang Oktober 2025. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menembus rekor tertinggi baru di tengah membaiknya sentimen global dan solidnya ekonomi nasional.
“IHSG pada akhir Oktober ditutup di level 8.163, naik 1,28% secara bulanan dan 15,31% secara tahunan. Bahkan sempat mencapai all time high di level 8.218 pada 23 Oktober 2025,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi dalam konferensi pers, Jumat (7/11).
OJK menjelaskan, penguatan IHSG tersebut dipicu oleh kombinasi membaiknya sentimen global, terjaganya fundamental ekonomi domestik, meningkatnya likuiditas transaksi, serta aliran dana masuk dari investor asing dan individu lokal.
“Pasar modal domestik pada Oktober 2025 melanjutkan tren positif yang didukung oleh membaiknya sentimen global dan terjaganya kinerja perekonomian domestik,” ungkap Inarno.
Selain itu, Inarno mencatat likuiditas transaksi saham meningkat signifikan. Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) saham pada Oktober membukukan rekor all time high sebesar Rp25,06 triliun. Secara year to date hingga akhir Oktober 2025, RNTH mencapai Rp16,62 triliun, naik dari Rp12,85 triliun pada 2024.
“Peningkatan nilai transaksi tersebut turut dikontribusikan oleh investor individu domestik,” kata Inarno.
Di saat bersamaan, investor asing juga kembali melakukan pembelian bersih. “ejalan dengan arah penguatan pasar, investor asing mencatat net buy di pasar saham domestik senilai Rp12,96 triliun. Meski begitu, secara akumulatif sejak awal tahun, asing masih mencatat net sell Rp41,79 triliun.
Dari sisi pasar obligasi, kinerja juga tetap solid. Indeks Komposit Obligasi (ICBI) naik 2,02% secara bulanan atau 11,55% year to date, dengan rata-rata yield SBN turun 25,68 basis poin (bps) dalam sebulan terakhir. Meski investor non-residen sempat melakukan net sell Rp27,56 triliun selama Oktober, secara tahunan pasar obligasi masih mencatat net buyRp3,89 triliun.
Sementara itu, industri pengelolaan investasi juga terus bertumbuh. Nilai asset under management (AUM) per 30 Oktober 2025 mencapai Rp969 triliun, naik 4,98% secara bulanan atau 15,72% sepanjang tahun. Nilai aktiva bersih (NAB) reksadana juga menguat ke Rp622,23 triliun, naik 7,95% secara bulanan
“Berlanjutnya penguatan NAB reksadana ini turut ditopang oleh net subscription investor sebesar Rp45,10 triliun secara bulanan, dan year to date mencapai Rp90,60 triliun,” jelas Inarno.
Dari sisi partisipasi investor, pasar modal Indonesia juga mencatat rekor baru. Sepanjang Oktober, jumlah investor bertambah 520 ribu orang. Dengan demikian, secara year to date jumlah investor meningkat 4,31 juta menjadi 19,18 juta atau naik 29,01%.
Selain itu, pengumpulan dana korporasi tetap kuat. Hingga akhir Oktober 2025, nilai penawaran umum mencapai Rp204,56 triliun, termasuk 17 emiten baru dengan total dana Rp17,15 triliun. Pada Securities Crowdfunding (SCF), terdapat 46 efek baru dengan dana terhimpun Rp66 miliar dari 23 penerbit baru, sehingga total penerbit efek mencapai 923.
Tinggalkan Komentar
Komentar