Periskop.id - Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik Sudaryati Deyang memastikan, anggaran Rp20 triliun yang disiapkan oleh BPI Danantara, dikucurkan untuk membiayai para peternak ayam di seluruh Indonesia, dalam mendukung Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
"Jadi, anggaran sebesar Rp20 triliun itu untuk membiayai para peternak, bukan Danantara yang membangun peternakan sendiri," kata Nanik dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan proyek tersebut dirancang, sebagai ekosistem terintegrasi yang akan melibatkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di hulu dan peternakan kecil di hilir yang bertujuan untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga telur dan ayam.
Menurut Nanik, Danantara akan membiayai para peternak ayam petelur dan pedaging, untuk memastikan agar kebutuhan telur dan daging ayam untuk program MBG bisa terpenuhi. Dengan demikian, hal ini diharapkan dapat mencegah terjadinya lonjakan harga yang menyebabkan inflasi.
Saat ini, Danantara tengah mengkaji rencana ini secara mendalam, sebelum memutuskan pelaksanaan proyek. Menurut Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria, infrastruktur, lokasi, dan jadwal pembangunan masih dalam tahap kajian.
Sebelumnya, BPI Danantara mendukung pembangunan peternakan ayam nasional sebagai bagian dari upaya memperkuat pasokan protein hewani untuk Program MBG.
Dony Oskaria menjelaskan skema pembangunan peternakan tersebut tengah dikaji secara menyeluruh dan akan diatur melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) dari kementerian terkait. "Ini kan terutama sekali untuk ketahanan pangan, apalagi dengan MBG kita membutuhkan banyak protein," kata Dony.
Menurutnya, langkah itu merupakan bagian penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Khususnya untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat melalui peningkatan produksi ayam yang berkelanjutan dan efisien.
Revitalisasi Peternakan
Sebelumnya, Pengamat Peternakan Rochadi Tawaf menilai, rencana Danantara untuk menanamkan investasi Rp20 triliun lebih baik diarahkan untuk merevitalisasi peternakan-peternakan ayam yang sudah ada, ketimbang membangun baru. Rochadi menyatakan, membangun peternakan ayam dari nol berisiko tinggi dan memakan waktu lama.
"Lebih realistis jika pemerintah masuk ke perusahaan yang sudah ada, terutama yang bangkrut, lalu direvitalisasi," kata Rochadi yang juga dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.
Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia itu menambahkan, kondisi peternakan rakyat saat ini memprihatinkan. Menurut dia, banyak lahan peternakan rakyat disewakan kepada pihak asing, sementara infrastruktur yang ada tidak dimanfaatkan optimal.
Senada, Anggota Komisi VI DPR RI Rivqy Abdul Halim memberikan tiga saran terhadap rencana investasi Rp20 triliun oleh BPI Danantara untuk pembangunan peternakan ayam terintegrasi pada 2026.
“Kebijakan ini seharusnya fokus pada tiga hal utama. Pertama, memperkuat sektor pembibitan (DOC atau anak ayam) yang saat ini sulit diakses,” ujarnya.
Kedua, kata dia, investasi tersebut dapat dialihkan untuk fokus mengintervensi ketersediaan pakan ternak yang terjangkau dan berkualitas yang saat ini dinilai mahal dan sulit didapatkan. “Ketiga, jika ingin masuk ke produksi, maka sebaiknya diarahkan ke provinsi yang masih defisit produksi, bukan yang sudah surplus,” sarannya.
Selain itu, dia juga menyarankan, pemerintah untuk mengkaji secara kritis terkait rencana investasi tersebut agar tidak mengancam keberlangsungan peternak mandiri, khususnya peternak ayam petelur.
“Ini menjadi keresahan di kalangan peternak, terutama peternak telur mandiri. Mereka khawatir akan terdesak oleh peternakan besar yang akan dimodali Danantara,” imbuhnya.
Ia juga mengingatkan pemerintah agar belajar dari pengalaman masa lalu, ketika masuknya investasi besar di sektor ayam pedaging yang membuat peternak kecil gulung tikar.
“Dulu, ketika investasi besar masuk ke ayam pedaging, hampir semua peternak kecil ambruk. Hanya sedikit yang mampu bertahan, dan itu pun karena memiliki pasar langsung. Selebihnya berubah menjadi pekerja bagi perusahaan besar,” ujarnya.
Pada 7 November 2025 lalu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, pemerintah menyiapkan pembangunan peternakan ayam pedaging dan petelur yang terintegrasi senilai Rp20 triliun pada 2026, untuk mendukung program MBG, serta memperkuat ketahanan dan kemandirian pangan nasional. Mentan menjelaskan, investasi besar itu merupakan hasil kerja sama strategis antara Kementan dengan Danantara.
Tinggalkan Komentar
Komentar