periskop.id – Presiden Prabowo Subianto menilai penetapan status bencana nasional untuk rentetan musibah banjir dan longsor di wilayah Sumatra belum diperlukan karena langkah penanganan saat ini dianggap sudah memadai dan berjalan sesuai jalur.
Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Negara saat meninjau langsung lokasi terdampak bencana di Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, Senin (1/12).
"Kita monitor terus. Saya kira kondisi yang sekarang ini sudah cukup," ujar Prabowo saat merespons pertanyaan mengenai kemungkinan peningkatan status bencana.
Mantan Menteri Pertahanan ini berencana melanjutkan agenda peninjauan ke titik bencana lainnya di Pulau Andalas. Setelah Tapanuli Tengah, ia dijadwalkan bertolak menuju Aceh serta Medan untuk memastikan penanganan korban berjalan optimal.
Prabowo juga menyoroti faktor cuaca ekstrem sebagai pemicu utama kerusakan masif di berbagai daerah. Ia bersyukur cuaca buruk di kawasan Sumatra perlahan mulai mereda sehingga proses evakuasi bisa lebih lancar.
Pemerintah pusat dan daerah diminta lebih waspada menghadapi fenomena perubahan iklim global. Antisipasi jangka panjang menjadi kunci agar dampak kerusakan serupa tidak terulang di masa depan.
"Kita harus hadapi dengan baik, pemerintahan harus bener-bener berfungsi menjaga lingkungan, mengantisipasi kondisi di masa depan," tegas Prabowo.
Ia pun menekankan pentingnya kesiapan pemerintah daerah dalam merespons potensi bencana hidrometeorologi. "Mungkin yang di daerah-daerah juga semuanya harus siap menghadapi kondisi yang perubahan iklim yang berpengaruh," sambungnya.
Di sisi lain, Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) merilis data terbaru mengenai lonjakan jumlah korban jiwa akibat bencana ini. Angka kematian dan warga hilang tercatat cukup tinggi di tiga provinsi utama.
Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto memaparkan data korban tewas di Sumatra Utara mencapai 217 orang hingga Minggu (30/11). Angka ini menunjukkan tren peningkatan signifikan dibandingkan laporan sebelumnya.
"Jadi korban jiwa untuk Sumatra Utara 217 jiwa yang meninggal dunia, kemudian 209 yang masih hilang. Rinciannya ini semua ya untuk Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Kota Sibolga, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan," ungkap Suharyanto dalam konferensi pers daring.
Kondisi serupa terjadi di Aceh dengan catatan 96 korban meninggal dunia dan puluhan lainnya belum ditemukan. Wilayah terdampak di provinsi paling barat Indonesia ini cukup luas, mencakup belasan kabupaten/kota.
"Per hari ini, Aceh korban jiwa jadi 96 dan 75 hilang. Untuk Aceh yang terdampak yang ada korban jiwa, ada 11 kabupaten/kota. Tapi kalau kabupaten/kota terdampak ada 18," jelas Suharyanto merinci sebaran wilayah bencana.
Sementara itu, Sumatra Barat mencatatkan 129 korban jiwa meninggal dunia. Hingga kini, tim SAR gabungan masih terus berupaya mencari 118 orang yang dinyatakan hilang, sedangkan 16 warga dilaporkan mengalami luka-luka.
Tinggalkan Komentar
Komentar