Periskop.id - Tahukah kamu bahwa biaya pendidikan di Indonesia ternyata terus mengalami kenaikan harga secara signifikan? Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), kelompok pendidikan pada Oktober 2025 mencatatkan inflasi tahunan (year-on-year atau y-on-y) sebesar 1,26%.

Ini artinya, rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan pendidikan mengalami kenaikan lebih dari satu persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Siapa Kontributor Inflasi Tertinggi?

Meskipun kenaikan biaya pendidikan terjadi secara umum, inflasi di sektor ini tidak merata. Dari empat subkelompok pendidikan yang dianalisis oleh BPS, mayoritas mengalami kenaikan harga, namun ada satu yang justru mengalami penurunan (deflasi).

Berikut rincian kenaikan harga (inflasi) yang terjadi pada subkelompok pendidikan:

  • Pendidikan lainnya, mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 3,11%. Kategori ini mencakup biaya di luar jenjang formal seperti kursus, pelatihan, atau les.
  • Pendidikan dasar dan anak usia dini, mengalami kenaikan sebesar 2,43%.
  • Pendidikan tinggi terjadi kenaikan sebesar 1,74%.
  • Pendidikan menengah mengalami deflasi sebesar 1,06%. 

Secara keseluruhan, kelompok pendidikan memberikan andil terhadap inflasi y-on-y nasional sebesar 0,07%. Komoditas utama yang menjadi penyumbang terbesar inflasi dari sektor ini adalah uang kuliah akademi/Perguruan Tinggi, dengan andil mencapai 0,04%.

Kabar Baik dari Pendidikan Menengah

Di tengah kenaikan harga yang terjadi, ada satu subkelompok yang justru mengalami penurunan harga, yaitu pendidikan menengah. Subkelompok ini tercatat mengalami deflasi sebesar 1,06%.

Efek deflasi ini juga terlihat pada kontribusi komoditasnya. Uang sekolah SMA memberikan andil terhadap deflasi y-on-y sebesar 0,03%. Penurunan harga di jenjang pendidikan menengah ini membantu menahan laju inflasi yang lebih tinggi akibat kenaikan biaya di jenjang lainnya.