Periskop.id- Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie menegaskan, tidak ada pemotongan dana riset. Alokasi untuk dana riset justru mengalami kenaikan sebesar 218%.

Ia menyatakan, kebijakan efisiensi anggaran tidak memotong satu rupiah pun terhadap pendanaan riset, sehingga anggaran tersebut dapat dimanfaatkan untuk memacu inovasi riset dalam negeri.

“Dalam satu tahun kepemimpinan Bapak Presiden Prabowo Subianto, dana riset meningkat 218%. Tidak ada satu rupiah pun dana riset yang dipotong dari anggaran Kemendiktisaintek, sehingga kalau ada berita-berita efisiensi dana riset dipotong itu berita yang tidak benar,” tegas Wamendiktisaintek Stella usai menghadiri Konferensi Puncak Pendidikan Tinggi Indonesia (KPPTI) hari ketiga di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) di Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, Jumat (21/11). 

Stella menambahkan, tren peningkatan dana riset ini mencerminkan semangat kompetisi sehat, yang utamanya di kalangan sivitas akademika.

“Kami sedang membangun paradigma baru, yaitu Diktisaintek Berdampak. Riset bukan sekadar angka publikasi, tetapi kekuatan strategis bangsa. Tidak akan ada pertumbuhan ekonomi tanpa inovasi teknologi,” imbuh Stella.

Bersamaan dengan penambahan dana riset tersebut, ia pun menegaskan hasil akhir riset nantinya harus selaras dengan prioritas nasional yang telah dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Di antaranya ialah dukungan terhadap ketahanan pangan, energi, air, serta hilirisasi industri.

“Yakinlah bahwa publikasi Bapak dan Ibu adalah kontribusi nyata untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujarnya.

Insentif Riset dari APBN

Sejalan dengan hal tersebut, pihaknya juga saat ini tengah memperjuangkan insentif riset langsung dari APBN kepada peneliti, guna memacu inovasi dan pengembangan riset dalam negeri. Ia mengatakan, insentif riset langsung itu bertujuan untuk memberikan sumbangsih nyata bagi para peneliti sehingga kegiatan riset dalam negeri menjadi kompetitif.

Ia pun menyebut, peneliti harus bisa mendapatkan insentif langsung kepada penelitiannya. Ia mengakui, hal ini belum berhasil 100%. 

“Belum setengah dari dana kami yang berasal dari APBN murni, kami masih belum dibolehkan untuk memberikan insentif langsung. Tapi kami perjuangkan. Karena ketika kami tidak memberikan insentif langsung kepada peneliti, ini tidak akan memberikan semangat dan sumbangsih yang nyata bagi penelitinya,” bebernya.

Menurutnya, keputusan terkait pemberian insentif riset langsung dari APBN kepada peneliti bukan hanya menjadi ranah Kemendiktisaintek, melainkan melibatkan kementerian dan lembaga lain terkait. Oleh karena itu, pihaknya kini tengah membuat pendataan sekaligus analisis berdasarkan studi kasus, guna meyakinkan kementerian dan lembaga terkait untuk menyetujui usulan Kemendiktisaintek tersebut.

“Ini dibolehkan atau tidak bertumpu kepada kami, tetapi bertumpu kepada K/L lainnya sehingga kami sekarang sedang membuat pendataan ya, dan juga case study analysis untuk bagaimana bisa meyakinkan para K/L lainnya bahwa insentif riset ini harus diberikan,” imbuhnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan, pihaknya saat ini telah berhasil menyesuaikan aturan sebelumnya terkait pendanaan insentif riset. Dengan begitu, kini pihaknya mendapatkan anggaran tambahan untuk kegiatan riset bersumber dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) sebagai mitra Kemendiktisaintek.

“Jadi kami sudah berhasil mendapatkan anggaran tambahan untuk riset dari sumber LPDP. Setengah lagi dana riset kami dapatkan dari mitra kami LPDP itu sudah kami skemakan agar bisa memberikan insentif langsung bagi Bapak Ibu sekalian di dalam risetnya,” pungkasya.

Sebeumnya, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Arif Satria mendorong adanya kolaborasi lintas sektor, baik swasta maupun pemerintah untuk dapat memperkuat ekosistem riset di Indonesia. Arif menyebutkan adanya peluang kolaborasi antara BRIN, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) dan Danantara dalam memperkuat ekosistem riset di Indonesia.

"Insya Allah kita akan segera koordinasi bagaimana pola sinergi antara BRIN, Kemdiktisaintek dengan Danantara. Saya kira itu tiga institusi yang harus benar-benar kuat, karena Danantara salah satu agen of development di Indonesia ini, yang sudah dipercaya oleh Pak Presiden untuk memperkuat struktur ekonomi kita," tuturnya. 

Arif pun menekankan pentingnya menciptakan impact yang bisa dihasilkan dari riset agar mampu memiliki nilai tambah bagi kegiatan ekonomi, sebagaimana yang dilakukan oleh Danantara.