periskop.id - Sejumlah emiten tembakau yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai melaporkan kinerja keuangan mereka hingga kuartal III 2025. Secara keseluruhan, kinerja emiten rokok nasional pada kuartal III 2025 cukup bervariasi.

Dari empat emiten besar yang telah melaporkan hasil keuangannya, PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) mencatat pertumbuhan laba paling tinggi, diikuti PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Sementara dua emiten lain, PT Indonesia Tobacco Tbk (ITIC) dan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), justru mengalami penurunan laba.

PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) membukukan kinerja cemerlang dengan laba bersih Rp284,96 miliar hingga akhir September 2025. Angka ini melonjak 37,33% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp207,52 miliar. Kenaikan laba didorong oleh lonjakan penjualan bersih sebesar 34,32% menjadi Rp4,61 triliun dari Rp3,43 triliun pada kuartal III 2024.

Meski beban pokok penjualan naik menjadi Rp3,61 triliun dari Rp2,66 triliun, laba kotor WIIM tetap meningkat menjadi Rp1 triliun. Setelah memperhitungkan beban usaha Rp620,9 miliar dan pajak penghasilan, perseroan berhasil menjaga margin keuntungan yang kuat. Laba per saham dasar pun naik menjadi Rp137,28 dari Rp99,97 per saham.

PT Gudang Garam Tbk (GGRM) juga mencatat pertumbuhan positif dengan laba bersih mencapai Rp1,1 triliun atau naik 11,8% dibandingkan Rp992,2 miliar pada September 2024. Kenaikan laba ini terjadi di tengah penurunan pendapatan sebesar 8,9% menjadi Rp67,32 triliun dari Rp73,89 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Efisiensi operasional menjadi kunci perbaikan kinerja GGRM. Beban usaha turun dari Rp5,69 triliun menjadi Rp4,81 triliun, sementara pendapatan lain-lain meningkat menjadi Rp339 miliar. Selain itu, perseroan juga membukukan laba kurs bersih Rp10,76 miliar, berbalik dari rugi kurs Rp15,81 miliar tahun sebelumnya.

Berbeda dari dua emiten tersebut, PT Indonesia Tobacco Tbk (ITIC) mencatat kinerja yang relatif stagnan. Laba bersih turun tipis 0,25% menjadi Rp16,89 miliar dari Rp16,93 miliar tahun sebelumnya, seiring penurunan penjualan 5,42% menjadi Rp229 miliar. Laba per saham dasar juga terkoreksi dari Rp18,01 menjadi Rp17,96 per lembar.

Kinerja terlemah datang dari PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) yang melaporkan penurunan laba bersih 13,65% menjadi Rp4,5 triliun dibandingkan Rp5,2 triliun pada kuartal III 2024. Pendapatan perseroan juga turun 5,34% menjadi Rp83,74 triliun. Segmen Sigaret Kretek Mesin (SKM) tetap menjadi penopang utama dengan kontribusi Rp45,43 triliun, diikuti Sigaret Kretek Tangan (SKT) Rp28,84 triliun dan Sigaret Putih Mesin (SPM) Rp4,48 triliun.