periskop.id - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini, Senin 1 Desember 2025 diperkirakan bergerak di area bullish.
Secara teknikal, positive slope histogram MACD semakin melemah dan indikator Stochastic RSI bergerak menurun. IHSG ditutup di bawah level MA5, namun masih di atas level MA20.
“Secara jangka menengah dan jangka panjang, IHSG masih di area bullish. Diperkirakan IHSG akan bergerak di kisaran 8.470-8.600 pada pekan ini,” ulas Tim Riset Phintraco Sekuritas, Senin (1/12). Beberapa saham jagoan yang menarik dicermati pekan ini, antara lain PWON, INKP, PGAS, NCKL, PSAB dan ERAA.
Sebelumnya, IHSG ditutup melemah pada level 8,508.71 atau tuurn 0,43%) di perdagangan Jumat (28/11). Meski begitu, IHSG sepekan lalu naik 1,12%. Pada perdagangan Jumat, saham sektor teknologi mencatatkan koreksi terbesar, sedangkan saham sektor energi membukukan penguatan terbesar.
“Koreksi IHSG ini antara lain dipicu oleh profit taking setelah sempat mencapai rekor tertinggi baru pada pekan ini,” tulis riset yang sama.
Indeks di Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Jumat (28/11). Ekspektasi akan penurunan suku bunga the Fed sebesar 25 bps di pertemuan Desember nanti masih menjadi faktor positif. Peluang penurunan suku bunga the Fed di Desember tersebut masih di kisaran 80%-85%.
Harapan tersebut juga mendorong penguatan harga emas di pasar spot sebesar 0.9% ke level US$4,197/troy oz di perdagangan Jumat (28/11). Harga perak juga menguat 3.5% pada rekor tertinggi baru di US$55/troy oz.
“Pada pekan ini, investor akan menantikan sejumlah data ekonomi AS yang akan dirilis, termasuk beberapa laporan data yang sudah tertunda,” kata Tim Riset Phintraco Sekuritas.
Data yang akan dirilis diantaranya indeks PCE prices bulan September 2025, serta indeks ISM manufacturing PMI, indeks Michigan Consumer Confidence preliminary dan ADP Employment bulan November 2025.
Sedangkan data inflasi Euro Area akan dirilis pada pekan ini. Investor juga menantikan indeks PMI Tiongkok. Sementara itu dari domestik, investor akan mencermati indeks PMI manufacturing, neraca perdagangan dan inflasi (1/12), serta cadangan devisa (5/12).
Tinggalkan Komentar
Komentar