Periskop.id - Perempuan di Amerika Serikat (AS) kini tengah menjalani pergeseran sosial yang mendalam, di mana mereka secara masif meninggalkan pandangan tradisional tentang pernikahan dan secara terbuka memilih untuk menikmati kehidupan lajang mereka sebaik mungkin. Status lajang yang dahulu kerap disembunyikan karena stigma, kini justru dirayakan sebagai pencapaian ketenangan batin dan kemandirian.

Fenomena ini, yang menjadi topik bahasan utama dalam laporan yang dilansir dari New York Post, didukung oleh serangkaian data terbaru dan dibuktikan oleh gelombang curhatan viral di media sosial.

Pernikahan Bukan Lagi Elemen Penting

Data menunjukkan bahwa pernikahan bukan lagi dianggap sebagai tolok ukur utama bagi kehidupan yang memuaskan bagi perempuan AS. Menurut survei Pew Research Center tahun 2023, yang dipublikasi melalui Wall Street Journal, hampir setengah dari perempuan AS tidak lagi menganggap pernikahan sebagai elemen penting untuk hidup yang memuaskan.

Angka perempuan yang aktif mencari pasangan romantis pun terus menurun tajam. Survei Pew tahun 2022 mencatat hanya 34% perempuan lajang yang ingin menjalin hubungan romantis serius, turun signifikan dari 38% pada survei tahun 2019. Analisis data sensus oleh Aspen Economic Strategy Group turut memperkuat tren ini, menunjukkan bahwa hampir 54% perempuan berusia 18–40 tahun menyatakan diri mereka sebagai lajang.

Mendobrak Stereotip

Alih-alih merasa malu karena belum menikah atau belum memiliki anak pada usia tertentu, banyak perempuan kini justru merayakan status lajang mereka dan secara terbuka membicarakannya di media sosial. Tren ini menunjukkan adanya upaya kolektif untuk mendobrak stereotip negatif lama.

Kreator konten Anne Kai, dalam cuplikan podcast yang viral di TikTok, menyuarakan sentimen ini dengan lantang.

“Aku rasa kita belum cukup memberi apresiasi pada perempuan lajang yang menikmati kesendiriannya, karena masih ada stereotip ‘wanita tua dengan kucing’ di luar sana,” kata Anne.

Ia menekankan bahwa kebahagiaan sejati tidak memerlukan validasi eksternal. 

"Kamu bisa menikmati hidup sendirian. Kamu tidak perlu seseorang untuk menyaksikan kebahagiaanmu agar kebahagiaan itu benar-benar ada,” ujar Anne.

Ratusan komentar di video tersebut menegaskan bahwa fenomena menikmati status lajang adalah nyata. Komentar-komentar seperti: “Aku benar-benar suka jadi lajang. Aku hidup dengan caraku sendiri, bukan orang lain,” dan “Aku takut, aku justru terlalu nyaman jadi lajang sekarang,” menunjukkan adanya pergeseran prioritas pribadi.

Pakar hubungan dan kencan, Danielle Szetela, menjelaskan fenomena ini sebagai pergeseran filosofis mendalam.

“Ada pergeseran sederhana tapi mendalam dalam dunia kencan. Perempuan mulai menyadari bahwa melindungi ketenangan batin mereka adalah prioritas utama,” kata Szetela kepada Daily Mail.