periskop.id - Banyak orang mengira jerawat selalu disebabkan oleh bakteri atau produksi minyak berlebih. Namun, ada kondisi lain yang sering salah dikenali sebagai fungal acne atau jerawat jamur.
Fungal acne sebenarnya bukan jerawat dalam arti medis. Kondisi ini dikenal sebagai Malassezia folliculitis, yaitu peradangan folikel rambut akibat pertumbuhan berlebih jamur Malassezia.
“Fungal acne sering disalahartikan sebagai jerawat biasa. Padahal, penyebabnya bukan bakteri, melainkan jamur yang hidup alami di kulit,” ungkap dokter kulit Whitney Bowe dilansir dari Women's Health.
Gejala fungal acne biasanya berupa bintik kecil berwarna merah atau putih, sering muncul di dada, punggung, lengan atas, bahkan wajah. Bentuknya mirip jerawat pustula, sehingga banyak orang keliru mengobatinya dengan produk anti-bakteri.
“Pasien sering datang dengan keluhan jerawat yang tidak kunjung sembuh meski sudah memakai obat jerawat konvensional. Itu tanda kuat bahwa penyebabnya bisa jamur,” tambah Bowe.
Perbedaan utama fungal acne dengan jerawat bakteri adalah pola munculnya. Fungal acne sering muncul berkelompok dengan ukuran seragam, sementara jerawat bakteri lebih bervariasi.
Faktor pemicu fungal acne antara lain kelembapan tinggi, keringat berlebih, pakaian ketat, serta penggunaan antibiotik jangka panjang yang mengganggu keseimbangan flora kulit.
Menurut riset Journal of Clinical and Aesthetic Dermatology (2021), kasus Malassezia folliculitis meningkat di daerah tropis dengan iklim lembap. Indonesia termasuk wilayah dengan prevalensi yang tinggi.
Penelitian lain dari International Journal of Dermatology (2020) menunjukkan bahwa sekitar 56% pasien yang awalnya didiagnosis jerawat biasa ternyata berubah mengalami infeksi jamur kulit.
Perawatan fungal acne sendiri nyatanya sangat berbeda dengan jerawat biasa. Produk berbahan benzoyl peroxide atau salicylic acid tidak akan efektif pada jerawat yang disebabkan oleh jamur ini. Sebaliknya, obat antijamur seperti ketoconazole atau fluconazole lebih tepat digunakan.
“Saya biasanya meresepkan sampo antijamur yang digunakan sebagai pembersih tubuh. Itu membantu mengurangi pertumbuhan jamur di kulit,” jelas Bowe.
Menghindari Fungal Acne
Selain obat, menjaga kebersihan tubuh dan mengurangi kelembapan kulit sangat penting. Mengganti pakaian setelah berkeringat dan memilih bahan yang menyerap keringat bisa mencegah kambuh.
Fungal acne juga bisa dipicu oleh penggunaan skincare yang terlalu berat atau berminyak. Produk dengan kandungan minyak tertentu dapat menjadi “makanan” bagi jamur.
“Pasien perlu berhati-hati memilih produk perawatan kulit. Hindari pelembap yang terlalu oklusif jika kulit rentan fungal acne,” kata Bowe.
Riset dari Dermatology Research and Practice (2022) menekankan pentingnya edukasi publik. Banyak pasien salah mengira fungal acne sebagai jerawat biasa, sehingga pengobatan tidak efektif dan kondisi berlarut-larut.
Edukasi ini juga relevan di era media sosial, di mana banyak orang mencoba produk skincare tanpa konsultasi dokter. Kesalahan diagnosis mandiri bisa memperburuk kondisi kulit.
Fungal acne adalah kondisi kulit yang sering salah dikenali. Dengan pemahaman yang tepat, perawatan bisa lebih efektif.
Tinggalkan Komentar
Komentar