periskop.id - Pernah jual barang preloved di medsos? Atau dapat job desain dan dibayar langsung via e-wallet tanpa kontrak? Kalau iya, selamat! Kamu udah nyicipin yang namanya shadow economy alias ekonomi bayangan.

Ini bukan hal aneh, kok. Justru, fenomena ini gede banget dan ada di sekitar kita, dari abang tukang bakso langganan sampai bisnis thrifting online favoritmu.

Yuk, kita bedah bareng apa sih maksudnya!

Jadi, Apa Sih Shadow Economy Itu?

Gampangnya gini: Kalau melansir dari International Monetary Fund (IMF), shadow economy itu adalah semua kegiatan ekonomi yang menghasilkan duit, tapi sengaja disembunyiin dari pemerintah. Tujuannya? Udah pasti biar nggak perlu bayar pajak, ngikutin aturan yang ribet, atau karena emang bisnisnya ilegal.

Ini bukan main-main, lho. Sebuah riset terkenal dari IMF (Medina & Schneider, 2018) memperkirakan kalau ukuran ekonomi bayangan di negara berkembang seperti Indonesia itu rata-rata bisa lebih dari 30% dari PDB resmi!

Biar gampang bayanginnya, lihat ekonomi negara kayak gunung es. PDB yang diumumkan pemerintah itu cuma puncak kecil yang kelihatan. Nah, shadow economy adalah bagian raksasa di bawah air yang nilainya triliunan tapi nggak kelihatan.

Contoh Shadow Economy yang Mungkin Ada di Sekitar Lo

Nggak usah jauh-jauh, ini contoh yang pasti sering kamu lihat atau bahkan lakuin:

  • Bisnis Thrifting/Preloved: Jual baju bekas impor atau koleksi pribadi di Instagram atau TikTok. Omzetnya lumayan, tapi jarang banget yang laporin sebagai penghasilan kena pajak.
  • Jastip (Jasa Titip): Beliin barang dari luar negeri atau luar kota buat orang lain dan ambil untung. Transaksinya seringkali langsung antar pribadi.
  • Joki Tugas/Skripsi: Fenomena legendaris di kalangan mahasiswa. Kamu dibayar buat ngerjain tugas orang lain. Jelas ini nggak terdaftar di mana-mana.
  • Freelancer Digital: Jadi desainer grafis, penulis konten, atau admin medsos yang dibayar langsung via e-wallet atau transfer tunai tanpa kontrak kerja resmi.
  • Endorsement Receh: Micro-influencer yang dapat bayaran buat sekali posting Story atau Reels, biasanya dibayar langsung dan nggak pernah dicatat.
  • Jualan Makanan Online (Skala Rumahan): Bisnis kue kering, dessert box, atau katering kecil-kecilan yang dipasarin lewat WhatsApp atau Instagram.

Kenapa Sih Orang Milih 'Jalur Gelap' Ini?

Ini bukan sekadar tebakan, ya. Berbagai lembaga dunia kayak IMF dan Bank Dunia (World Bank) setuju kalau ada beberapa biang keladi utamanya:

  1. Pajak & Aturan Ribet Banget: Buat anak muda yang baru mulai usaha, ngurus izin dan ngitung pajak itu rasanya kayak ngadepin bos terakhir di game. Susah dan makan waktu!
  2. Nggak Percaya Sama Pemerintah: Banyak yang mikir, "Ngapain bayar pajak? Uangnya juga dikorupsi." Menurut berbagai studi, tingkat kepercayaan pada pemerintah memang sangat memengaruhi kemauan orang bayar pajak.
  3. Risiko Ketahuannya Kecil: Transaksi skala kecil atau antar individu susah banget dilacak. Selama nggak ada yang lapor, ya aman-aman aja.
  4. Susah Cari Kerja Formal: Daripada nganggur, banyak anak muda akhirnya bikin 'lapangan kerja' sendiri, meskipun nggak resmi. It's all about survival!

Terus, Masalahnya Apa Dong?

Kalau ini bantu banyak orang buat dapat duit, kenapa jadi masalah? Nah, ini dia dua sisinya:

The Bad News (Kenapa Ini Merugikan)

  • Negara Kehilangan Duit Pajak: Ini dampak paling serius, dan jadi perhatian utama lembaga seperti Kementerian Keuangan RI. Kalau pajak yang masuk sedikit, gimana pemerintah mau bangun jalan yang mulus, sediain internet publik yang kenceng, atau kasih beasiswa? Uangnya dari situ semua.
  • Persaingan Jadi Nggak Fair: Kafe favoritmu yang taat bayar pajak dan gaji karyawan sesuai UMR jadi kalah saing sama warung kopi 'ilegal' yang bisa jual lebih murah karena nggak punya beban biaya itu.
  • Kamu Nggak Punya Perlindungan: Seperti yang sering disorot oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), pekerja di sektor ini nggak punya BPJS Ketenagakerjaan, dana pensiun, atau perlindungan hukum. Kalau sakit, kena tipu klien, atau tiba-tiba dipecat, ya udah, goodbye! Nggak ada yang bisa nolongin.

The 'Good' News? (Kenapa Ini Terus Ada)

  • Jadi Penyelamat di Kala Susah: Jujur aja, ini jadi jaring pengaman buat banyak orang, terutama mahasiswa dan fresh graduate, untuk dapat penghasilan tambahan dan bertahan hidup.
  • Tempat Lahirnya Wirausaha: Bank Dunia juga mengakui bahwa banyak bisnis besar sekarang dulunya berawal dari sektor informal. Ini jadi ajang latihan bisnis dengan risiko rendah.

Intinya Gimana?

Shadow economy itu kayak koin dua sisi. Di satu sisi, ini adalah bukti kreativitas dan semangat bertahan hidup anak muda. 

Tapi di sisi lain, kalau dibiarin kegedean, ini bisa ngerugiin negara dan kita semua dalam jangka panjang.

Tantangannya adalah gimana caranya pemerintah, seperti yang disarankan OECD, bisa bikin aturan main yang lebih simpel dan adil, biar para pejuang cuan di 'jalur gelap' ini mau 'naik ke permukaan' dan berkontribusi secara resmi.

Menurut lo, gimana cara terbaik buat ngatasin ini?

Sumber & Buat yang Mau Kepo Lebih Lanjut:

  • IMF Working Paper (No. 18/17): “Shadow Economies Around the World: What Did We Learn Over the Last 20 Years?”
  • Laporan-laporan dari World Bank (Bank Dunia) dan ILO tentang Sektor Informal.