Periskop.id - Sebuah studi mendalam berjudul “The Role of Parental Education, Intelligence, and Personality on the Cognitive Abilities of Gifted Children” yang diterbitkan dalam Journal of Intelligence menunjukkan bahwa kecerdasan, tingkat pendidikan, dan kepribadian orang tua memengaruhi kemampuan kognitif anak-anak berbakat dengan cara yang spesifik dan bervariasi. Temuan ini semakin memperkuat gagasan bahwa keberbakatan pada anak adalah hasil dari interaksi kompleks antara faktor bawaan (genetik) dan lingkungan pengasuhan.
Menurut laporan PsyPost, penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orang tua berkaitan dengan IQ anak secara umum. Namun, studi baru ini memiliki tujuan yang lebih spesifik. Para peneliti ingin memahami bagaimana kecerdasan orang tua, yang diukur menggunakan Model Cattell-Horn-Carroll, yaitu model psikologi yang membagi kecerdasan ke dalam berbagai kemampuan seperti pengetahuan, penalaran, pemrosesan visual, dan kecepatan berpikir.
Selain menilai kecerdasan, penelitian ini juga meneliti kepribadian orang tua berdasarkan Five-Factor Model, yaitu kerangka psikologi yang menilai lima sifat utama yang meliputi keterbukaan terhadap pengalaman, kehati-hatian atau kedisiplinan, kecenderungan bersosialisasi, keramahan, dan kestabilan emosi.
Dengan memadukan kedua model tersebut, peneliti ingin melihat apakah ciri-ciri orang tua ini turut memengaruhi kemampuan anak dalam berbagai domain kognitif, seperti kemampuan memahami bahasa, mengelola informasi dalam memori kerja, dan memproses informasi dengan cepat.
Kecepatan Proses Ibu Jadi Prediktor Utama
Studi ini melibatkan 65 anak yang dikategorikan sebagai "moderately gifted" dengan skor IQ keseluruhan minimal 120. Para peneliti menilai lima kemampuan kognitif orang tua – yang terdiri dari pengetahuan, penalaran, pemrosesan visual, memori jangka pendek, dan kecepatan proses otak – dan empat indeks kognitif utama pada anak yang meliputi pemahaman verbal, penalaran perseptual, memori kerja, dan kecepatan proses otak.
Hasil analisis menunjukkan beberapa keterkaitan spesifik. Salah satu temuan yang paling konsisten dan signifikan adalah kecepatan proses otak ibu menjadi prediktor yang paling kuat terhadap skor kecepatan proses otak anak. Ini mengindikasikan adanya pengaruh genetik atau lingkungan interaksi harian yang kuat dari ibu.
Peran kemampuan kognitif ayah juga memengaruhi kemampuan anak untuk mempertahankan dan mengolah informasi jangka pendek.
Sementara itu, pendidikan ibu terkait dengan penalaran perseptual anak, seperti kemampuan yang melibatkan pengolahan pola visual dan hubungan abstrak, menunjukkan bahwa pendidikan ibu dapat memengaruhi perkembangan intelektual yang lebih luas daripada sekadar kemampuan bahasa.
Peran Kepribadian dan Diferensiasi Pengasuhan
Penelitian ini juga menemukan bukti bahwa ciri kepribadian orang tua memiliki pengaruh, meskipun efeknya lebih lemah. Ibu dengan tingkat conscientiousness (ketelitian) yang lebih tinggi cenderung memiliki anak dengan skor penalaran perseptual yang lebih baik. Untuk ayah, sifat agreeableness (keramahan) terkait secara moderat dengan memori kerja anak.
Secara umum, studi ini menemukan bahwa karakteristik ibu cenderung memprediksi kemampuan verbal dan kecepatan proses anak, sedangkan karakteristik ayah lebih terikat pada memori kerja. Para peneliti berspekulasi bahwa pola ini mungkin mencerminkan perbedaan peran pengasuhan atau faktor genetik, meskipun hal tersebut tidak diuji secara langsung.
Penelitian ini memiliki keterbatasan, termasuk ukuran sampel yang relatif kecil dan tidak adanya kelompok pembanding anak non-berbakat. Meskipun demikian, studi ini memberikan wawasan detail tentang bagaimana faktor biologis dan lingkungan dari orang tua berkontribusi terhadap profil intelektual spesifik pada anak-anak berbakat.
Tinggalkan Komentar
Komentar