periskop.id - Pernah merasa deg-degan tiap kali atasan memberi kritik, atau takut jika performa dianggap kurang? Itu bisa jadi tanda anxious attachment, sebuah pola keterikatan cemas yang tak hanya muncul di hubungan romantis, tapi juga di lingkungan kerja.
Dalam Journal of Business and Psychology (2024), ditemukan hubungan signifikan antara anxious attachment dengan burnout, stres kerja, dan niat pindah kerja. Artinya, mereka yang punya pola ini cenderung merasa tekanan berlebih karena kebutuhan untuk “diakui” atau “dicintai” oleh figur otoritas, seperti atasan. Ketika kebutuhan ini tak terpenuhi secara konsisten, beban emosional bisa menumpuk dan ujungnya burnout.
Penelitian tersebut juga menunjukkan menunjukkan bahwa gaya keterikatan (attachment style) punya pengaruh yang kuat terhadap kepuasan kerja, kinerja, dan cara seseorang berhubungan dengan atasannya. Jadi, anxious attachment bukan sekadar rasa cemas biasa, tetapi pola psikologis nyata yang bisa mempengaruhi performa dan kesejahteraan karyawan.
Tanda-Tanda Kamu Mungkin Punya Anxious Attachment di Kantor
Kalau kamu merasa kerja keras tapi selalu merasa nggak cukup, mungkin ini sinyal anxious attachment. Berikut ini adalah beberapa indikasi di lingkungan kerja.
- Kamu sangat takut mendapat kritik, bahkan kalau itu cuma catatan kecil.
- Sering cek ulang pekerjaan karena khawatir ada kesalahan serius.
- Sulit bilang “tidak” ketika atasan minta tambahan tugas, meskipun itu membuatmu stres.
- Merasa bersalah saat mengambil cuti, seakan-akan kamu “membuang waktu” atasan atau tim.
- Mendambakan validasi, ketika atasan memberi pujian, rasanya momen itu sangat penting untukmu, dan sebaliknya, kritik membuatmu gelisah lama.
- Sulit menetapkan batasan (boundary), misalnya merasa harus selalu aktif meski di luar jam kerja agar terlihat “dedikatif”.
Pola-pola ini sebenarnya bukan cerminan dari kurangnya kompetensi, melainkan cara maladaptif untuk mencoba merasa aman dalam lingkungan kerja. Menurut penelitian berjudul “The relationship between attachment and mental health at work”, orang dengan insecure attachment (termasuk anxious) sering mengalami distress emosional lebih tinggi, dan rasa “aman” di tempat kerja bergantung pada support dari atasan.
Cara Mengelola & Mengubah Pola Anxious Attachment di Kantor
Tak perlu takut, pola anxious attachment bisa dikelola dan diperbaiki. Berikut beberapa strategi nyata yang bisa Anda pakai.
- Regulasi Emosi: Coba latih teknik pernapasan, mindfulness, atau journaling untuk mengenali kapan rasa cemas muncul sebelum kamu bereaksi berlebihan.
- Komunikasi Asertif: Belajar menyampaikan kebutuhanmu secara profesional ke atasan, dibandingkan menyabotase diri sendiri dengan overthinking.
- Buat Boundaries Sehat: Batas waktu kerja, istirahat, dan cuti penting untuk menjaga keseimbangan. Jika merasa bersalah saat cuti, ingatlah bahwa istirahat juga bagian dari produktivitas jangka panjang.
- Toleransi Ketidakpastian: Sadari bahwa tidak semua hal bisa diprediksi, seperti email pendek dari atasan belum tentu bermakna negatif. Anda bisa membangun toleransi atas ketidakpastian ini secara bertahap.
- Bangun Kepercayaan: Hubungan kerja yang sehat bisa dibangun dengan saling percaya. Dalam penelitian “A Meta-analysis of Attachment at Work”, ditemukan bahwa trust in supervisor menjadi mediator penting antara anxious attachment dan hasil kerja seperti kinerja dan kepuasan kerja.
- Terapi atau Konseling: Jika kecemasan terasa berat dan mengganggu kinerja, pertimbangkan konseling dengan psikolog atau terapis. Terapi attachment bisa sangat membantu mengenali akar pola ini (misalnya dari pengalaman masa kecil) dan mengubahnya.
Anxious attachment di tempat kerja mungkin terlihat sepele, tetapi mempunyai dampak yang nyata dari burnout hingga kinerja yang menurun. Untungnya, dengan kesadaran dan strategi yang tepat, kamu bisa memulihkan rasa aman, memperkuat batasan, dan membangun hubungan kerja yang lebih sehat dan produktif.
Tinggalkan Komentar
Komentar