Periskop.id - Gen Z, generasi yang lahir antara pertengahan 1990 an hingga awal 2010 an, adalah kelompok konsumen muda yang tumbuh sebagai digital native dan kini mulai memiliki daya beli yang kuat.
Dibesarkan di bawah bayang-bayang resesi ekonomi, tumbuh bersama media sosial, dan menyaksikan berbagai gejolak dunia seperti krisis lingkungan dan pandemi global, kelompok ini memiliki karakteristik unik dalam menentukan pilihan konsumsi.
Seperti dilansir dari Women's Wear Daily, Gen Z sangat sadar soal isu isu sosial dan lingkungan. Mereka cenderung membangun komunitas berdasarkan hal hal yang mereka anggap penting dan mencari tujuan (purpose) yang jelas dari setiap interaksi.
Menurut Donna Dozier Gordon dari H&M Amerika Serikat (AS), konsumen muda sangat peduli pada isu yang dianggap penting, dan cenderung memilih brand yang nilai-nilainya selaras dengan prinsip yang diyakini.
David Sykes dari Klarna menambahkan bahwa Gen Z tumbuh di bawah bayang bayang resesi, menghadapi krisis iklim, dan pandemi global. Hal ini membuat kelompok ini mencari komunitas yang sejalan dan ingin menciptakan perubahan berarti, baik untuk diri sendiri maupun generasi berikutnya. Pandemi memberikan mereka waktu ekstra untuk merefleksikan apa yang benar benar penting.
Keberlanjutan dan Autentisitas dalam Kebiasaan Belanja
Nilai yang dianut Gen Z terlihat jelas dalam kebiasaan belanja mereka. Mereka cenderung ingin mendukung perusahaan atau brand yang selaras dengan prinsip moral mereka.
Survei Klarna tahun 2021 menunjukkan 70% konsumen Gen Z di AS kini berbelanja lebih berkelanjutan dibandingkan sebelum pandemi. Hampir separuh dari mereka bahkan menempatkan keberlanjutan sebagai faktor utama ketika membeli produk outdoor.
Gen Z juga makin peka terhadap kesehatan dan lingkungan, sehingga lebih memilih brand dengan bahan bahan alami dan non toksik.
Sykes menekankan bahwa brand harus mampu memberikan nilai nyata lewat produknya sekaligus membuktikan bahwa mereka benar benar mempraktikkan nilai yang mereka klaim, bukan sekadar omong kosong.
Penelitian Accenture memperkuat misi Gen Z untuk menciptakan perubahan positif, menunjukkan bahwa 50% Gen Z lebih memilih brand yang mengutamakan tujuan sosial daripada keuntungan semata.
Selain itu, dua pertiga dari mereka yakin pandemi meningkatkan fokus masyarakat terhadap isu lingkungan, dan 62% merasa pandemi membuat mereka lebih sadar dampak tindakan pribadi terhadap bumi.
Peter Semple dari DePop juga menyatakan bahwa meskipun Gen Z menghadapi tantangan besar terkait isu sosial dan lingkungan, mereka lebih fleksibel dan cepat beradaptasi karena tumbuh dalam dunia digital.
Riset DePop bersama Bain & Co. menemukan bahwa Gen Z melihat dunia secara lebih terhubung dan tidak kaku. Bahkan, 70% Gen Z percaya mereka bisa menjadi bagian dari gerakan sosial hanya lewat media sosial, mendorong mereka untuk tampil lebih autentik, spontan, dan jauh dari kesan palsu.
5 Strategi Menarik Hati Gen Z
Agar brand dapat memenangkan hati dan loyalitas Gen Z, mereka harus bergeser dari sekadar menjual produk menjadi memfasilitasi komunitas. Berikut adalah lima strategi kunci:
- Selaraskan Nilai Brand dengan Nilai Gen Z: Brand harus berinvestasi pada isu yang penting bagi Gen Z dan membangun komunitas berdasarkan minat serta nilai yang sama.
- Gunakan Storytelling yang Kuat: Karena perjalanan belanja Gen Z dimulai secara online melalui media sosial, cerita brand harus kuat dan mampu menarik perhatian di platform digital.
- Berikan Pengalaman Omnichannel yang Luwes: Survei Klarna menunjukkan 80% konsumen kini lebih suka belanja online. Gen Z menginginkan pengalaman belanja yang terasa seperti kegiatan sosial, misalnya melalui livestream shopping.
- Bangun Kepercayaan Lewat Transparansi dan Autentisitas: Gen Z hanya percaya pada brand yang benar benar menunjukkan nilai mereka melalui tindakan. Mereka sangat cepat menangkap ketidakotentikan.
- Fasilitasi Komunitas, Bukan Hanya Menjual Produk: Pelaku ritel yang sukses membangun komunitas autentik, baik online maupun offline, akan lebih mudah memenangkan hati Gen Z.
Tinggalkan Komentar
Komentar