periskop.id - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) akan melakukan pembenahan terhadap PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS). Langkah ini dilakukan karena produsen baja pelat merah tersebut dinilai membutuhkan perbaikan secara menyeluruh agar dapat kembali beroperasi secara efisien dan menghasilkan keuntungan.
Managing Director Stakeholder Management and Communications Danantara Indonesia, Rohan Hafas, mengatakan bahwa Krakatau Steel selama ini kerap menghadapi berbagai persoalan. Perusahaan juga dinilai belum mampu mencetak keuntungan meski telah beroperasi cukup lama sebagai salah satu industri strategis nasional.
"Krakatau Steel akan segera finalisasi, bongkar habis, nggak pernah untung, nggak pernah bagus, nggak pernah efisien. Dia (KRAS) punya banyak persoalan dari investasi yang nggak pas," kata Rohan di Wisma Danantara Indonesia, Jakarta, dikutip Sabtu (1/11).
Menurutnya, berbagai keputusan investasi yang kurang tepat turut memperburuk kondisi keuangan dan operasional perusahaan. Rohan menuturkan, secara fundamental Krakatau Steel sejatinya merupakan industri baja besar dengan fasilitas lengkap dari hulu ke hilir. Fasilitas tersebut mencakup pengolahan air, pasokan listrik, hingga pelabuhan sendiri yang mendukung aktivitas produksi dan distribusi baja.
Namun, dalam beberapa waktu terakhir, sejumlah aset pendukung perusahaan justru dijual untuk menutupi kebutuhan operasional. Penjualan aset tersebut dianggap sebagai langkah darurat yang menunjukkan kondisi keuangan perseroan sedang tidak sehat.
"Tetapi itu di beberapa waktu yang sudah panjang sudah beberapa lama ini, itu untuk menutup kehidupannya, dipenggal-penggal mulai dijualin pengolahan airnya dan seterusnya," terangnya.
Rohan menambahkan bahwa langkah-langkah tersebut tidak bisa dipertahankan karena justru melemahkan kemampuan perusahaan untuk bertahan dalam jangka panjang. Tak tanggung-tanggung, Rohan menyebut perseroan bahkan hampir menjual pelabuhannya. Padahal, pelabuhan tersebut merupakan salah satu aset paling vital dan menjadi modal utama perusahaan dalam menjalankan bisnis baja.
"Hampir dihilang pelabuhannya. Padahal modal utama yang nggak ada. Dan itu pelabuhan paling dalam di Indonesia," tegasnya.
Sebagai informasi, Danantara Indonesia telah memberikan pinjaman dana kepada Krakatau Steel sebesar Rp8,28 triliun yang digunakan sebagai tambahan modal dan menjadi bagian dari proses restrukturisasi perseroan.
Tinggalkan Komentar
Komentar