periskop.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mendorong lebih banyak perusahaan asal Singapura untuk menanamkan modalnya di kawasan Batam, Bintan, dan Karimun (BBK). Kawasan ini dinilai berada dalam momentum strategis berkat penguatan regulasi investasi serta pengembangan lima Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang menawarkan beragam insentif bagi investor.
Kelima KEK di BBK menghadirkan fasilitas fiskal dan non-fiskal mulai dari keringanan pajak, pembebasan bea masuk, penyederhanaan perizinan, hingga layanan administrasi satu atap. Dengan sejumlah proyek prioritas yang siap dijalankan, kawasan ini diproyeksikan menjadi pusat investasi di sektor manufaktur, infrastruktur digital, energi terbarukan, dan logistik.
"Kami dengan hangat mengundang lebih banyak perusahaan yang berbasis di Singapura untuk mengeksplorasi peluang investasi di kawasan BBK, khususnya di manufaktur hijau, ekonomi digital, layanan kesehatan, energi terbarukan, dan logistik regional," kata Airlangga dalam acara Joint-Investment Promotion Event Investment Opportunities And Business Regulations In The Batam, Bintan, And Karimun (BBK) Free Trade Zone di Singapura, mengutip Antara, Selasa (18/11).
Pemerintah telah memperkuat iklim usaha di BBK melalui sejumlah regulasi yang menyederhanakan perizinan berbasis risiko serta meningkatkan kepastian layanan, termasuk PP Nomor 28 Tahun 2025 dan PP Nomor 25 Tahun 2025 yang mengatur percepatan layanan melalui Service Level Agreement (SLA).
Selain itu, Perpres Nomor 1 Tahun 2024 tentang Rencana Induk Pengembangan BBK dan Perpres Nomor 21 Tahun 2025 terkait penyediaan lahan di Kawasan Perdagangan Bebas Batam turut mendukung pengembangan infrastruktur dan perluasan industri dengan prinsip keberlanjutan.
Kebijakan ini sejalan dengan upaya Pemerintah memperdalam kerja sama ekonomi internasional, termasuk dengan Singapura, yang selama lebih dari satu dekade menjadi salah satu sumber utama Foreign Direct Investment (FDI) bagi Indonesia. Pada 2024, total FDI Singapura ke Indonesia tercatat lebih dari 20 miliar dolar AS, sementara nilai perdagangan bilateral mencapai 57,6 miliar dolar AS.
Promosi investasi di Singapura ini digelar dalam kerangka Working Group Batam, Bintan, dan Karimun (WG BBK). Menko Airlangga menjelaskan koordinasi bilateral diperkuat melalui enam Kelompok Kerja Ekonomi Bilateral (6WG) sebagai struktur utama kolaborasi di sektor strategis.
"Pertemuan Tingkat Menteri ke-15 6WG pada Juni 2025, yang saya pimpin bersama Wakil Perdana Menteri Gan Kim Yong, menjadi tonggak penting. Kedua pemerintah menegaskan komitmen untuk meningkatkan lingkungan bisnis dan regulasi guna menarik investasi berkualitas tinggi. Kami membahas kerja sama di infrastruktur industri, ekonomi hijau, dan layanan kesehatan, serta menekankan pentingnya ketahanan rantai pasokan dan pertumbuhan berkelanjutan," tutur Airlangga.
Dalam kesempatan yang sama, Airlangga memaparkan perkembangan kerja sama yang tercantum dalam Joint Report to Leader pada Juni 2025. Laporan tersebut menyoroti komitmen Indonesia dan Singapura dalam menciptakan iklim investasi kondusif di BBK Free Trade Zones, penyempurnaan kebijakan fasilitasi visa, promosi investasi berkelanjutan, pengembangan Nongsa Digital Park sebagai pusat digital regional, serta percepatan realisasi investasi melalui penyederhanaan regulasi dan penguatan infrastruktur.
Duta Besar Indonesia untuk Singapura, Suryopratomo, menegaskan bahwa Pemerintah memberikan jaminan perlindungan investasi sekaligus memastikan keamanan bagi investor. Sementara itu, Chairman of Singapore Economic Development Board, Png Cheong Boo, menilai Indonesia memiliki potensi strategis yang signifikan bagi perusahaan Singapura.
Tinggalkan Komentar
Komentar