periskop.id - Bank Indonesia memutuskan mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) tetap di level 4,75% dalam dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) November 2025. Namun, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan peluang untuk menurunkan suku bunga acuan di masa mendatang masih tetap terbuka.

Perry memaparkan, keputusan itu nantinya akan didasarkan pada dua pertimbangan utama. Pertama, proyeksi inflasi untuk 2025 dan 2026 yang diperkirakan tetap berada dalam kisaran target 2,5±1%. Kedua, adanya kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi agar lebih kuat.

Ia menilai, kinerja ekonomi Indonesia saat ini masih berada di bawah potensi maksimalnya. Sehingga penurunan suku bunga acuan diperlukan untuk mempercepat laju perekonomian. Karena itu, terkait kebijakan suku bunga, Perry menegaskan ruang untuk kembali menurunkan BI Rate masih terbuka ke depannya.

Meski demikian, bos BI ini belum bisa memastikan waktu pelaksanaan penurunan suku bunga. Ia menegaskan bahwa BI masih perlu melihat perkembangan kondisi ekonomi global maupun domestik sebelum mengambil langkah tersebut.

"Kami masih perlu melihat perkembangan kondisi ekonomi global maupun domestik," ujar Perry, dikutip Kamis (20/11).

Lebih lanjut, ia mengatakan saat ini BI tengah memprioritaskan upaya menjaga stabilitas nilai tukar rupiah agar perekonomian nasional tetap kuat menghadapi ketidakpastian global, ermasuk dampak dari potensi government shutdown di Amerika Serikat.

Selain itu, inflasi di Amerika Serikat yang belum menunjukkan tanda-tanda penurunan membuat Federal Reserve (The Fed) hanya memangkas Fed Fund Rate (FFR) sedikit, lebih rendah dari ekspektasi pasar. Berbagai ketidakpastian yang bermunculan di sejumlah kawasan, baik yang bersifat ekonomi maupun non-ekonomi, juga turut menjadi pertimbangan.

"Dengan demikian, fokus BI dalam jangka pendek adalah menstabilkan nilai tukar rupiah serta meningkatkan efektivitas transmisi pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah diterapkan," jelas Perry.