periskop.id - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mencatatkan penerimaan yang konsisten dari kuartal I hingga kuartal IV 2025. Hal ini ditopang oleh kinerja sektor manufaktur yang menunjukkan tren positif kuartal demi kuartal.

Namun, sektor perdagangan justru menurun sekitar 1,6% dibandingkan tahun lalu. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), penurunan terbesar terjadi pada perdagangan mobil, yang anjlok 4,4%, serta perdagangan besar dan eceran jasa.

"Kemudian sektor perdagangan memang mencatat penurunan sekitar 1,6% secara kumulatif dibanding periode yang sama tahun lalu. Beberapa subsektor yang mengalami penurunan cukup tajam antara lain perdagangan mobil," terang Bimo Wijayanto dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR RI, Senin (24/11).

Selain itu, sektor pertambangan juga mengalami penurunan tipis, sebesar 0,7%, meski tetap menyumbang sekitar 11,4% dari total penerimaan. Penurunan ini terutama dipicu oleh jasa penunjang pertambangan, nikel, batu bara, dan migas.

Penurunan tajam juga terjadi di sektor lain, dengan harga minyak Brent turun 14,4% dan harga batu bara turun 20,7%, menjadi pemicu tekanan pada sektor pertambangan.

"Jika dipisah, pertambangan migas turun 5%, sementara non-migas masih tumbuh 2,2%," lanjut Bimo.

Di sisi lain, sektor keuangan justru menunjukkan kinerja positif. Kontribusinya hampir setara dengan sektor pertambangan, yakni sekitar 11,5% dari total penerimaan, didorong oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang naik 11,18% hingga September 2025.

"Aktivitas di sektor keuangan menunjukkan tren pertumbuhan yang sejalan dengan pertumbuhan DPK. DPK mampu tumbuh sebesar 11,18% sampai September," tambah Bimo.

Adapun, penerimaan pajak dari sektor ini naik 5,1%, dari Rp197,5 triliun tahun lalu menjadi Rp207,5 triliun, dengan PPh Pasal 21 Bruto menyumbang 11,2% dari total penerimaan dan pertumbuhan yang stabil sepanjang Januari hingga Oktober 2025.