periskop.id - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa melaporkan progres terbaru perbaikan kinerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) kepada Presiden Prabowo Subianto. Laporan tersebut mencakup penguatan sistem teknologi informasi, peningkatan pengawasan di pelabuhan, serta pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) untuk mendukung efisiensi dan transparansi layanan kepabeanan.
Purbaya menyampaikan Bea Cukai menunjukkan kemajuan dari sisi pemanfaatan teknologi, antara lain melalui penambahan mesin pemindai (scanner) di sejumlah pelabuhan. Di Pelabuhan Tanjung Priok, jumlah scanner telah mencapai delapan unit dan akan ditambah menjadi sembilan unit. Penguatan serupa juga dilakukan di pelabuhan lain sesuai skala aktivitas ekonomi.
"Jadi nanti kita ceritakan juga. Kita sudah pakai sistem AI. Di mana, kalau memeriksa harga nggak langsung kayak manual. Langsung AI-nya yang mendeteksi harganya berapa. Kita otomatis cek dengan harga di marketplace secara real time," kata Purbaya kepada media di Jakarta, dikutip Selasa (15/12).
Purbaya menjelaskan, penerapan teknologi tersebut akan meningkatkan efisiensi layanan Bea Cukai. Proses pemeriksaan dokumen yang sebelumnya memakan waktu lama kini dapat dilakukan lebih cepat, sehingga mendukung kelancaran arus barang di pelabuhan.
Purbaya menargetkan seluruh sistem AI di lingkungan Bea Cukai dapat beroperasi secara penuh paling lambat pada Maret mendatang. Ia juga menyatakan akan mengajak publik untuk melihat langsung pusat monitoring Bea Cukai setelah sistem tersebut berjalan optimal.
"Saya harapkan sih, Maret semua AI-nya sudah jalan semua, sudah sempurna. Sudah baguslah. Nanti saya ajak ke pelabuhan, ke pusat monitoring di Bea Cukai nanti," tambahnya.
Ia mengatakan pemerintah memberikan waktu sekitar satu tahun bagi Bea Cukai untuk menunjukkan perubahan kinerja yang signifikan. Tenggat waktu tersebut dihitung sejak langkah pembenahan mulai dijalankan beberapa bulan lalu.
Meski begitu, ia menyatakan optimistis Bea Cukai dapat berbenah. Purbaya mengaku terkejut dengan kemampuan sumber daya manusia di bidang teknologi informasi yang dimiliki DJBC. Dalam waktu relatif singkat, tim internal Bea Cukai mampu mengembangkan sistem AI yang kini diterapkan di pelabuhan.
"Jadi orang kita pintar, tinggal digebuk-gebuk saja. Diawasi yang betul seharusnya ini. Sistemnya diperbaiki sehingga kita lebih efisien," imbuh Purbaya.
Di sisi lain, Menteri Keuangan itu menanggapi pernyataan bahwa lemahnya kinerja pajak dan Bea Cukai dapat menyebabkan penerimaan negara tidak optimal. Purbaya mengakui masih terdapat potensi kebocoran. Karena itu, pemerintah terus mendorong otomatisasi dan digitalisasi untuk menutup celah tersebut.
Salah satu langkah yang tengah disiapkan adalah otomatisasi pengawasan produksi rokok. Purbaya menyebut teknologi pemantauan tersebut memungkinkan produksi rokok diawasi secara real time dan langsung terhubung ke sistem keuangan Bea Cukai.
"Saya sudah lihat teknologinya cukup bagus. Mungkin akan diterapkan, tinggal masalah negosiasi harganya. Jangan kemahalan, biar murah dikitlah. Jadi nanti rokok langsung dimonitor dengan alat itu. Langsung masuk ke sistem keuangan di Bea Cukai," terangnya.
Lebih lanjut, ia berharap penerapan sistem tersebut dapat meningkatkan penerimaan cukai rokok sekaligus mempermudah pengawasan di lapangan. Saat ini, rencana penerapan teknologi tersebut masih berada dalam tahap negosiasi harga.
"Satu lagi juga otomatisasi pajak, digitalisasi pajak untuk perdagangan ke luar negeri itu sedang kita pelajari. Cuma kelihatannya sih yang itu agak berat, karena sistemnya belum siap, yang ditawarkan oleh vendornya," tutup dia.
Tinggalkan Komentar
Komentar