Periskop.id - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui TransJakarta berencana melatih ulang seluruh sopir Mikrotrans (JakLingko). Langkah ini diambil menyusul banyaknya keluhan masyarakat terkait temuan di lapangan berupa perilaku judes dan ugal-ugalan dari pengemudi JakLingko.

“Program ini adalah investasi SDM, bukan hukuman. Kami dengar keluhan masyarakat, tapi juga jaga kesejahteraan sopir,” ujar Staf Khusus Gubernur DKI Bidang Komunikasi Publik, Chico Hakim di Jakarta, Kamis (13/11). 

Di sisi lain, TransJakarta juga menargetkan merekrut 1.000 pramudi baru dan dilatih tanpa menggantikan sopir lama. Sementara itu, pengemudi lama wajib mengikuti pelatihan ulang untuk memperpanjang sertifikat yang berlaku tiga tahun.

Kurikulum pelatihan tersebut mencakup Defensive Driving, Service Excellence, Safety & Emergency, Digital Ticketing, serta Etika Profesi. Sertifikasi akan diterbitkan oleh LSP TransJakarta yang telah berlisensi resmi BNSP No. LSP-2024-001.

Pihaknya pun menegaskan tidak akan ada pemutusan hubungan kerja massal. Sopir lama yang lulus pelatihan ulang akan diprioritaskan mengemudikan armada baru.

“Bagi yang tidak lulus dua kali ujian, kami sediakan pelatihan remedial gratis dan opsi pindah ke rute non-Mikrotrans seperti feeder BRT,” jelas Chico.

Sementara itu, menurut data TransJakarta per 12 November 2025 mencatat, dari 3.842 pramudi Mikrotrans aktif, terdapat 1.127 laporan keluhan masyarakat sepanjang Januari–Oktober 2025. Keluhan terbanyak adalah sopir ugal-ugalan sebanyak 68%, bersikap tak ramah atau judes sebanyak 22% dan membawa keluarga saat bekerja sebanyak 10%.

Target 35 Menit
Sebelumnya, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta Suhud Alynudin mengritik pengemudi bus TransJakarta dan JakLingko yang kebut-kebutan, sehingga membahayakan penumpang.

"Yang sering dikeluhkan terkait layanan itu perilaku sopir dan suka kebut-kebutan," kata anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta tersebut beberapa waktu lalu.

Suhud menduga para pengemudi ingin cepat demi menerapkan program 35 menit perjalanan antarhalte. Kareba itu Suhud berharap bus TransJakarta 
memperhatikan keselamatan dan kenyamanan penumpang.

Di saat yang sama, Sekretaris Komisi B DPRD DKI Jakarta Wa Ode Herlina juga meminta PT TransJakarta untuk mengantisipasi, adanya aksi kriminal seperti copet dan pelecehan seksual di dalam bus. Dia berharap kenyamanan dan keselamatan penumpang menjadi prioritas PT TransJakarta dalam melayani masyarakat.