periskop.id - Nilai tukar rupiah ditutup menguat pada perdagangan Jumat (14/11/2025) seiring pelemahan indeks dolar AS dan perbaikan sentimen pasar global. Rupiah menguat 21 poin ke posisi Rp16.707 per dolar AS, setelah sebelumnya sempat terapresiasi 25 poin dari penutupan Kamis di Rp16.728.

“Pelemahan indeks dolar memberikan ruang bagi rupiah untuk bergerak lebih stabil, meskipun tekanan eksternal masih cukup membayangi,” ujar Direktur PT Traze Andalan Futures, Ibrahim Assuaibi, Jumat (14/11).

Pelemahan dolar AS terjadi setelah ketidakpastian politik di Amerika Serikat mereda. Penutupan pemerintahan (shutdown) yang dimulai sejak 1 Oktober akhirnya menunjukkan titik terang bagi pasar

Shutdown tersebut resmi berakhir setelah Presiden Donald Trump menandatangani paket pendanaan sementara yang memulihkan operasi federal hingga 30 Januari 2026 serta memperpanjang pendanaan sejumlah departemen hingga 30 September 2026.

Dengan berakhirnya shutdown, pasar kembali menanti rilis data ekonomi AS yang tertunda dan berpotensi memengaruhi ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve (Fed) pada Desember.

“Pasar sebelumnya berharap The Fed memberi sinyal lebih dovish, namun perkembangan terakhir membuat pelaku pasar kembali berhati-hati,” kata Ibrahim.

Ekspektasi pelonggaran The Fed memang mulai berkurang setelah Presiden Fed Boston, Susan Collins, menyatakan diperlukan standar yang tinggi untuk melakukan pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat. Setelah pernyataan tersebut, probabilitas pemangkasan suku bunga Desember turun menjadi 53% dari 62% sehari sebelumnya.

Dari sisi domestik, fondasi ekonomi Indonesia tetap menjadi penopang rupiah. Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menempatkan disiplin fiskal, stabilitas makro, serta dorongan industrialisasi jangka panjang sebagai fokus kebijakan ekonomi 2025.

Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan berada di kisaran 5%–5,8%, sementara defisit anggaran dikendalikan sekitar 2,7% terhadap PDB dan rasio utang publik dijaga di bawah 40%. Inflasi inti juga diperkirakan stabil pada rentang 2,5%–3,2%, mencerminkan kebijakan moneter yang terukur serta kuatnya rantai pasok.

“Fundamental domestik masih cukup kuat, sehingga menjadi bantalan penting saat tekanan global meningkat,” ujar Ibrahim.

Dengan kombinasi sentimen global yang beragam dan stabilitas makroekonomi dalam negeri, rupiah diperkirakan bergerak terbatas pada awal pekan. Pasar menunggu rilis data ekonomi Amerika dan arah kebijakan The Fed yang akan membentuk pergerakan dolar AS dalam jangka pendek.

“Rupiah berpotensi fluktuatif dengan kecenderungan melemah pada perdagangan Senin, di rentang Rp16.700–Rp16.740 per dolar AS,” kata Ibrahim.