periskop.id - Badan Informasi Geospasial (BIG) mengusulkan materi geospasial masuk ke dalam kurikulum pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA). Usulan ini disampaikan Kepala Pusat Pengembangan Kompetensi Informasi Geospasial (PPKIG) BIG, Ratna Sari Dewi, dalam acara Bicara Kota pada Selasa (18/11).

Ratna menjelaskan bahwa penguatan literasi geospasial penting untuk membekali siswa dengan pemahaman dasar mengenai geografi dan pemetaan. Menurut dia, masih banyak sekolah yang belum memberikan materi geografi secara komprehensif. 

“Bagaimana kurikulumnya memasukkan tentang geospasial mulai dari tahap awal. Pendidikan dasar, menengah, atas dapat (materi tentang geospasial). Kadang-kadang tidak semuanya ternyata sekarang ini ada pelajaran geografi,” ujarnya.

Ia mengungkapkan bahwa rendahnya literasi geospasial terlihat dari masih banyaknya pelajar yang tidak mampu membaca peta sederhana. Ratna menuturkan sebuah pengalaman saat mewawancarai calon peserta magang di BIG. Saat diminta menunjukkan posisi Surabaya di peta ruangan, siswa tersebut tidak dapat menemukannya. 

“Saya tanya, ibu kota Jawa Barat, juga dia tidak tahu,” kata Ratna.

Kondisi tersebut, lanjutnya, menunjukkan perlunya pemerintah memperkuat kembali pendidikan geografi dan geospasial di sekolah. Selain untuk meningkatkan pengetahuan dasar, pemahaman geospasial juga dianggap penting bagi kebutuhan pembangunan dan perencanaan wilayah di masa depan.

Tidak hanya di lingkungan sekolah, BIG juga mendorong pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pelatihan geospasial bagi aparatur organisasi perangkat daerah (OPD). 

“Kami nanti mengakreditasi, memastikan pelatihan yang diberikan itu sesuai dengan kurikulum yang sudah ada, sehingga menjadi lebih luas lagi pelaksanaannya,” jelas Ratna.

Survei dan kajian BIG mengungkapkan bahwa banyak siswa di Indonesia masih kesulitan membaca peta sederhana.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyoroti rendahnya literasi spasial mahasiswa calon guru sekolah dasar, yang berdampak pada keterbatasan mereka dalam melatih kecerdasan spasial anak-anak.

Studi yang diterbitkan oleh International Geographical Union menekankan bahwa penggunaan sistem informasi geografis (GIS), remote sensing, dan digital mapping di sekolah mampu menjembatani konsep abstrak dengan realitas spasial di sekitar siswa.