periskop.id - Tingkat keyakinan dan minat menabung konsumen Indonesia tercatat mengalami pelemahan pada Juli 2025.
Rilis terbaru Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menunjukkan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) terkontraksi 2,5 poin secara bulanan (month-on-month) ke level 96,9, sementara Indeks Menabung Konsumen (IMK) turun tipis 1,6 poin ke posisi 82,2.
Penurunan tersebut salah satunya dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan belanja rumah tangga. Direktur Group Riset LPS, Seto Wardono, menjelaskan bahwa pengeluaran untuk pendidikan di awal tahun ajaran baru menjadi faktor signifikan.
“Perkembangan ini mencerminkan intensitas dan niat menabung konsumen yang melandai seiring dengan meningkatnya pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan pada awal tahun ajaran baru, di tengah pemberian stimulus ekonomi dalam jangka pendek,” ujar Seto di Jakarta, seperti dilansir pada Senin (11/8).
Secara lebih rinci, pelemahan IKK didorong oleh penurunan persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini.
Indeks Situasi Saat Ini (ISSI) tercatat turun 3,3 poin.
Meskipun Indeks Ekspektasi (IE) juga menurun 1,9 poin, posisinya masih berada di atas level 100, yang mengindikasikan optimisme terhadap prospek ekonomi ke depan tetap solid.
Di sisi minat menabung, pelemahan IMK sejalan dengan turunnya komponen Indeks Waktu Menabung (IWM) sebesar 4,7 poin ke level 90,5.
Namun, komponen Indeks Intensitas Menabung (IIM) justru tercatat naik 1,4 poin ke level 73,8, didukung oleh menurunnya porsi responden yang mengaku tidak pernah menabung.
Menariknya, pelemahan sentimen tidak terjadi merata di semua lapisan masyarakat.
Justru, kelompok rumah tangga berpendapatan hingga Rp1,5 juta per bulan menunjukkan kenaikan IKK tertinggi sebesar 2,3 poin, bahkan berhasil menembus level optimis 100,4.
Selain biaya pendidikan, LPS juga mencatat faktor lain yang memengaruhi keyakinan konsumen secara umum, seperti kenaikan harga sejumlah bahan pokok dan serapan tenaga kerja yang melandai.
"Juga dikarenakan kenaikan biaya pendidikan terkait dengan pengeluaran rumah tangga, yang lebih tinggi pada masa dimulainya tahun ajaran baru,” pungkas Seto.
Tinggalkan Komentar
Komentar