periskop.id - Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) berencana mengaktifkan kembali pesawat Garuda Indonesia dan Citilink yang belum beroperasi sejak pandemi. Targetnya, pesawat-pesawat yang grounded itu dapat kembali terbang tahun depan.
Managing Director Danantara Asset Management Ferbiany Eddy menjelaskan kondisi ini menimbulkan kerugian besar karena biaya tetap terus berjalan.
"Di satu sisi, sewa pesawatnya jalan terus. Fixed cost-nya jalan terus. Jadi setiap hari kita men-delay, maka semakin besar lobang yang harus ditutup," kata Febriany dalam acara Coffe Morning Danantara, Jakarta, Jumat (14/11).
Febriany menjelaskan penyelesaian masalah maintenance menjadi prioritas utama dan sangat mendesak.
Dana yang diberikan kepada Garuda harus segera digunakan untuk memperbaiki pesawat agar dapat memenuhi seluruh persyaratan teknis dan kembali beroperasi.
"Jadi ini menjadi tahap satu prioritas, banget-banget prioritas. Adalah segera diberikan untuk bisa melakukan maintenance yang dibutuhkan sehingga pesawat Garuda bisa terbang lagi," terang dia.
Febriany menyebut kondisi ini tidak hanya dialami Garuda. Ia mengungkapkan maskapai Citilink justru memiliki jumlah pesawat grounded yang lebih banyak.
"Nah, waktu saya bicara Garuda, saya bicara group. Citlink juga ya, justru lebih banyak Citilink yang grounded. Jadi prioritas utama adalah maintenance," jelas Febriany.
Danantara, lanjutnya, akan secara ketat mengawal proses penggunaan dana tersebut agar tepat sasaran.
"Dan ini kita kawal penggunaan uangnya. Jadi use of process itu kita kawal," imbuhnya.
Febriany mengakui Garuda sebelumnya telah menerima pendanaan dalam bentuk Shareholder Loan (SHL) sekitar Rp6 triliun, yang kemudian dikonversi bersamaan dengan pendanaan terbaru.
"Logikanya kenapa sih kemarin ada Rp6 triliun, jadi terus sekarang ada susulan lagi. Karena memang kebutuhan Garuda banyak, cuma kita perlu memprioritaskan," terangnya.
Ia menjelaskan dana Rp6 triliun itu diprioritaskan untuk kebutuhan yang paling mendesak dan tidak bisa ditunda.
"Rp6 triliun itu yang urgent banget yang tidak bisa ditunda. Sehingga diberi terlebih dahulu, tapi kita kontrol penggunanya," lanjut dia.
Oleh sebab itu, ia meminta Garuda Group berkomitmen memastikan seluruh dana yang diterima difokuskan untuk maintenance.
Tujuannya agar sebanyak mungkin pesawat dapat kembali terbang secepat mungkin.
"Kalau ditunda, malah tahun depan takutnya udah gak bisa. Karena bolongnya udah besar banget. Jadi sebagian besar uangnya sebenarnya untuk itu," tutup Febriany.
Tinggalkan Komentar
Komentar