periskop.id - Peneliti senior Lembaga Survei KedaiKopi, Ashma Nur Afifah, mengungkapkan bahwa 57% masyarakat kelas menengah di Indonesia kini menggunakan layanan paylater atau bayar tunda. Temuan ini menyoroti tingginya akses kredit konsumtif di tengah kondisi ekonomi yang menantang.
“Kenapa paylater ini banyak yang pake, ya karena gampang dan syaratnya juga mudah dibanding kartu kredit. Nah, resikonya kalau semua gagal bayar atau mayoritas akan gagal bayar,” papar Ashma dalam Konferensi Pers Survei Konsumsi Kelas Menengah 2025 di Kantor Jakarta, Selasa (28/10).
Survei yang dilakukan secara online ini juga menemukan bahwa akses kredit konsumtif lainnya cukup tinggi. Sebanyak 31,4% responden tercatat memiliki utang bank non-KPR dan 25% (seperempat) pernah mengakses pinjaman online (pinjol).
Selain soal utang, survei ini memotret perilaku berbelanja kelas menengah yang kini cenderung sangat sensitif terhadap harga. Terbukti, 94,5% responden mengaku masif membandingkan harga offline dan online, terutama untuk kebutuhan fesyen dan kosmetik.
“Tekanan dompet menjadi faktor utama, karena sejauh ini masyarakat ingin lebih murah jadi pasti membandingkan,” tutur Ashma.
Perilaku ini mendorong konsumen beralih ke e-commerce dan pasar tradisional. Survei bahkan menyebut 73% masyarakat membeli di TikTok karena harganya dianggap lebih murah.
Sebaliknya, niat belanja di ritel fisik atau mal cenderung melemah. Meski mal masih ramai dikunjungi (setidaknya sebulan sekali), survei menemukan 86,6% responden mengaku sering menjadi "Rohana" (rombongan hanya nanya) atau "Rojali" (rombongan jarang beli).
Alasan utamanya adalah harga di mal dinilai mahal dan diskon yang ditawarkan kurang menarik.
“Pada akhirnya mal beralih fungsi dari tempat pembelian ke tempat untuk mencoba barang,” sambung Ashma.
Survei KedaiKopi juga merinci aktivitas yang paling sering dilakukan di mal saat ini. Aktivitas teratas adalah jalan-jalan, menikmati suasana, serta makan atau minum, diikuti berbelanja kebutuhan sehari-hari, mencari hiburan, menonton film, hingga membuat konten media sosial.
Tinggalkan Komentar
Komentar