periskop.id - Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI), Sunarsip, menilai kebijakan fiskal yang belakangan digerakkan oleh Purbaya sudah mulai menunjukkan hasil. Sunarsip menjelaskan, dampak kebijakan yang belakangan dikenal sebagai Purbaya Effect’ sudah mulai terlihat dari meningkatnya likuiditas di sistem keuangan nasional.

“‘Purbaya Effect’ itu sudah terasa atau belum? Sudah. Sudah kerasa,” kata Sunarsip dalam acara Katadata Policy Dialogue di Jakarta, Kamis (13/11).

Ia menyebut dana pemerintah pusat yang ditempatkan di perbankan meningkat signifikan per September 2025, diikuti kenaikan penyaluran kredit. Sunarsip menuturkan, pertumbuhan kredit perbankan naik dari 6,96% menjadi 7,2% dalam waktu singkat, menandakan mulai bergeraknya likuiditas di sistem keuangan

“Kreditnya itu sudah tumbuh. Tumbuh dari 6,96%, ini data dari SEKI (Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia) per Agustus, itu sekarang tumbuh 7,2%,” terangnya.

Menurutnya, kenaikan penyaluran kredit tersebut menjadi bukti bahwa kebijakan Purbaya mulai bekerja. Namun, sebagian besar pertumbuhan itu masih berasal dari pinjaman kepada debitur BUMN.

“Debitur BUMN-nya itu tumbuh dari 1,09%, kalau nggak salah ya, menjadi 10,04%. Bayangkan, dari 1,09% tumbuh menjadi 10,04%,” katanya.

Sunarsip berharap dampak kebijakan itu dapat segera menjalar ke sektor swasta, sejalan dengan harapan Purbaya agar transmisi fiskal bisa menjadi katalis pertumbuhan ekonomi yang lebih luas.

“Tapi saya berharapnya bisa lebih. Lebihnya itu tidak hanya pada level korporat BUMN, tapi juga ke swasta. Karena Pak Purbaya kan selalu bilang, dia pengen mentransmisikan fiskal menjadi katalis pertumbuhan untuk private sector,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa selain dorongan dari sisi permintaan (demand), pemerintah perlu mempercepat perbaikan di sisi produksi (supply side), agar sektor swasta lebih berani berekspansi dan menyerap pembiayaan dari perbankan.

“Nah, seperti yang saya katakan tadi, kalau kita ingin menggerakkan private sector, maka problem-problem yang ada di sisi supply itu, tanpa menafikan pentingnya stimulus di sisi demand, harus segera dipercepat,” tutupnya.