periskop.id - Harga emas dunia dan logam mulia diproyeksikan masih bergerak fluktuatif dengan kecenderungan menguat hingga akhir tahun. Meski sempat mencatat kenaikan signifikan, pasar emas global juga mengalami koreksi tajam di perdagangan Amerika Serikat.

Pengamat Ekonomi, Mata Uang, dan Komoditas Ibrahim Assuaibi menyebut harga emas dunia terakhir ditutup di kisaran USD4.300 per troy ounce. Sementara itu, harga logam mulia pada perdagangan Sabtu berada di level Rp2.462.000 per gram.

“Walaupun kemarin sempat mengalami kenaikan yang cukup signifikan, tetapi turunnya pun juga di pasar Amerika cukup signifikan juga. Akhirnya ditutup di US$4.300,” ujar Ibrahim.

Dari sisi teknikal, Ibrahim menilai jika harga emas dunia kembali melemah, level support pertama berada di US$4.255 per troy ounce, diikuti support selanjutnya di US$4.219. Namun jika berbalik menguat, resistance pertama diperkirakan berada di USD4.329 per troy ounce.

Dalam jangka pendek, ia memperkirakan harga emas dunia berpeluang naik ke US$4.380 per troy ounce. Bahkan, hingga Desember, emas dunia berpotensi mencetak level tertinggi baru di US$4.440 per troy ounce.

“Ada kemungkinan besar di bulan Desember harga emas dunia itu akan mencetak level tertinggi di US$4.440,” ungkapnya.

Menurutnya, prospek penguatan emas dunia ke depan ditopang oleh kombinasi faktor moneter dan geopolitik global. Dari sisi moneter, pelemahan data ketenagakerjaan Amerika Serikat membuka peluang pembahasan penurunan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) pada awal tahun depan, terutama dengan adanya potensi pergantian kepemimpinan di The Fed yang dapat mengubah arah kebijakan suku bunga. 

Sementara dari sisi geopolitik, eskalasi konflik di berbagai kawasan, mulai dari Timur Tengah, Eropa, Selat Karibia, hingga Asia Timur, mendorong investor kembali memburu aset lindung nilai seperti emas, sehingga menopang tren penguatan harga emas dunia.