Periskop.id - Israel mulai menarik pasukannya secara bertahap dari Jalur Gaza, Palestina, Jumat (10/10). Menurut media setempat, mereka akan mundur sepenuhnya dalam 24 jam ke lokasi yang telah disepakati.
Penarikan pasukan itu adalah bagian dari rencana yang diusulkan Presiden AS Donald Trump, untuk mengakhiri perang di wilayah kantong Palestina yang dikepung oleh Israel tersebut.
"Dalam 24 jam ke depan, tentara Israel akan menyelesaikan penarikan pasukannya dari beberapa wilayah di Jalur Gaza sampai ke garis kuning, seperti yang disepakati dalam rencana Trump antara Israel dan Hamas," ujar Channel 12 melaporkan.
Stasiun televisi Israel itu menyebutkan, pasukan diperkirakan akan mundur ke arah timur dari Rafah dan Khan Yunis di selatan serta dari wilayah utara Gaza, sampai mendekati perbatasan dengan Israel.
Pada Kamis (9/10) pagi, Trump mengumumkan, Israel dan kelompok perlawanan Palestina Hamas telah mencapai kesepakatan mengenai tahap pertama rencana gencatan senjata dan pertukaran tawanan.
Kesepakatan itu dicapai dalam perundingan tidak langsung antara kedua pihak yang bertikai di Sharm el-Sheikh, Mesir, dengan partisipasi delegasi dari Turki, Mesir, dan Qatar, di bawah pengawasan AS.
Sejak Oktober 2023, serangan Israel telah menewaskan hampir 67.200 warga Palestina. Kebanyakan dari mereka wanita dan anak-anak, dan membuat wilayah itu tidak layak huni karena hancur.
Pembebasan Sandera
Otoritas Israel sendiri, Jumat (10/10) dini hari waktu setempat menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan kelompok perlawanan Palestina Hamas, guna mengakhiri perang di Jalur Gaza dan menjamin pembebasan semua sandera yang tersisa. Berdasarkan ketentuan perjanjian itu, yang salinannya diperoleh Xinhua, gencatan senjata kini telah berlaku.
"Pemerintah saat ini telah menyetujui kerangka kerja untuk pembebasan semua sandera, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal," kata kantor pemimpin Israel Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan.
Kesepakatan itu memperoleh cukup suara, meskipun menteri-menteri pro-pemukim seperti Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich, memberikan suara tidak setuju.
"Perang akan segera berakhir setelah mendapat persetujuan dari pemerintah Israel," menurut perjanjian itu. "Semua operasi militer, termasuk bombardir udara dan artileri serta operasi penargetan akan dihentikan," serunya.
Tinggalkan Komentar
Komentar