periskop.id - Psikiater Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Bali, dr Made Wedastra Sp.KJ, membagikan lima teknik yang dapat membantu mengatasi trauma akibat demonstrasi yang berujung ricuh, di mana trauma biasanya datang saat seseorang menyaksikan langsung kekerasan, pemukulan, pembunuhan, atau pembakaran.

Teknik pertama yang ia sarankan adalah grounding cepat, yaitu mengalihkan perhatian dengan merangsang pancaindra ketika muncul rasa tidak nyaman atau sesak. 

Metode ini menggunakan teknik 5-4-3-2-1: menyebutkan lima benda yang terlihat, empat benda yang bisa disentuh, tiga suara yang terdengar, dua aroma yang tercium, dan satu rasa yang bisa dirasakan di mulut, seperti air minum atau makanan.

Teknik kedua adalah relaksasi pernapasan dalam dengan metode 4-7-8. Caranya, tarik napas selama empat detik, tahan selama tujuh detik, lalu hembuskan perlahan selama delapan detik. Latihan ini diulang tiga hingga lima kali. 

“Tujuannya untuk mengurangi ketegangan otak dan relaksasi saraf sehingga tidak tegang dan rasa khawatir dan cemas berkurang,” jelas Wedastra dikutip dari Antara, Senin (1/9).

Teknik ketiga, lanjutnya, adalah mengurangi paparan informasi yang memicu stres, lalu mengalihkannya ke aktivitas yang menyenangkan dan menenangkan. Sementara teknik keempat adalah fokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan, seperti pikiran, sikap, dan perilaku. 

“Katakan pada diri sendiri kalimat positif seperti ‘Saya mampu melewati kondisi ini dengan baik’ atau ‘Saya orang kuat’,” ujarnya.

Jika trauma terbawa hingga tidur dan memicu mimpi buruk, Wedastra menyarankan teknik kelima, yaitu melakukan peregangan sederhana sebelum tidur, mandi air hangat, menambahkan aromaterapi di kamar, atau melakukan relaksasi napas. Menulis jurnal juga dianjurkan untuk menyalurkan masalah personal yang sulit diungkapkan. 

Ia mengingatkan bahwa korban langsung, seperti yang mengalami penjarahan, kerusakan rumah, atau kehilangan orang terdekat akibat demonstrasi, berisiko mengalami depresi. Kehilangan yang berat dan sulit diterima dapat memunculkan gejala seperti sedih berkepanjangan minimal dua minggu, perasaan pesimis, dan menurunnya harga diri.

Gejala lain yang perlu diwaspadai antara lain hilangnya minat beraktivitas, mudah lelah, perubahan pola makan, gangguan tidur, hingga munculnya pikiran untuk bunuh diri. 

“Jika sudah memiliki gejala yang disebutkan itu lebih baik konsultasi ke profesional terkait seperti psikolog atau psikiater,” pungkasnya.