Periskop.id – Pekerjaan garda terdepan seperti awak media, tenaga kesehatan, dan aparat keamanan kerap masuk dalam kategori pekerjaan dengan risiko stres tertinggi. Menurut psikolog klinis dewasa lulusan Universitas Indonesia, Teresa Indira Andani MPsi, tekanan besar yang dihadapi tiga profesi ini membuat mereka sangat rentan mengalami gangguan mental maupun emosional.

“Paparan informasi, tuntutan pekerjaan, dan situasi di lapangan yang penuh tekanan bisa menguras energi dan mental,” kata Teresa seperti yang dilansir Antara.

Faktor Penyebab Stres Tinggi

Situasi yang tidak menentu, jam kerja panjang, hingga seringnya bersinggungan dengan kondisi krisis menjadi faktor utama. Tenaga kesehatan menghadapi pasien dalam kondisi darurat, aparat keamanan menjaga situasi rawan konflik, sementara awak media harus terus melaporkan peristiwa secara cepat dan akurat di lapangan.

Ketiganya berhadapan dengan tekanan fisik maupun psikologis. Jika dibiarkan, stres dapat berimbas pada kelelahan kronis, penurunan kinerja, bahkan masalah kesehatan mental serius.

Strategi Mengurangi Risiko Stres

Untuk mengurangi risiko stres akibat pekerjaan tersebut, Teresa menekankan pentingnya menjaga rutinitas kecil yang menyenangkan.
“Misalnya mencoba mengupayakan tidur berkualitas, tetap makan teratur, atau aktivitas fisik ringan meski situasi sedang tidak ideal,” jelasnya.

Selain itu, ia menyarankan pekerja garda terdepan memiliki ruang aman untuk mengekspresikan emosi tanpa takut dihakimi. Cara ini bisa dilakukan dengan berbagi cerita bersama rekan kerja, keluarga, atau tenaga profesional.

Institusi juga diminta berperan aktif menyediakan dukungan, mulai dari supervisi yang sehat, pengaturan jam kerja wajar, kesempatan istirahat, hingga kebijakan cuti bila diperlukan.
“Institusi tempat mereka bekerja sebaiknya juga menyediakan dukungan, seperti supervisi yang sehat, lewat aturan jam kerja yang wajar, kesempatan istirahat sejenak saat tugas, atau kebijakan cuti istirahat bila diperlukan,” ungkap Teresa.

Pentingnya Dukungan Sosial dan Lingkungan Kerja

Teresa menegaskan, lingkungan kerja dan sistem pendukung yang kuat sangat menentukan tingkat stres yang dialami pekerja garda terdepan. Ia mengingatkan bahwa emosi yang tertahan bisa meluap dan berdampak buruk bagi diri sendiri maupun lingkungan sekitar.

Karena itu, langkah sederhana seperti mengambil jeda dari pekerjaan, mengurangi paparan media sosial yang penuh berita tidak nyaman, atau melakukan aktivitas fisik ringan bisa membantu melepaskan tekanan.

“Jika perasaan sudah mulai terasa sesak, cobalah keluar sebentar untuk berjalan kaki sambil merasakan langkah dan udara sekitar, menarik napas dalam, menulis apa yang dirasakan, berbagi cerita dengan orang yang dipercaya, atau melakukan aktivitas ringan yang membuat tubuh bergerak,” ujar Teresa yang kini berpraktik di Vajra Gandaria.

Tanggung Jawab Bersama

Meski pengelolaan emosi di tingkat individu penting, Teresa menekankan peran pemangku kebijakan dalam menciptakan ekosistem kerja yang lebih sehat.
“Dengan kata lain, munculnya berbagai emosi di masyarakat juga mencerminkan kondisi sosial, politik, dan kebijakan publik yang sedang berlangsung. Jadi, pengelolaan emosi memang penting di tingkat personal, tetapi tanggung jawab menciptakan lingkungan yang lebih sehat tetap harus dibagi bersama,” tuturnya.